TUGAS KELOMPOK
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Tentang
“Syarat-syarat Kesuksesan Belajar”
Oleh
1.
Amri Razak (1200557)
2.
Andini Mustika Sari (1200555)
3.
Ezy Zurriyati (1200651)
4.
Rahma Witta (1200678)
Seksi: Reguler 13
Dosen Pembimbing: Dra. Rifda Eliyasni,
M.Pd
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UPP IV BUKITTINGGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
DAFTAR PUSTAKA
SYARAT-SYARAT KESUKSESAN BELAJAR
A. Kesuksesan Belajar
Hasil belajar (daya
serap) siswa disekolah yang ideal apabila mereka mampu menguasai sepenuhnya
(90-100%) materi pelajaran dengan berbagai tuntutan yang meliputi unsur-unsur/
ranah kognitif, afektif dan psikomotornya.
Prayitno (1997)
mengemukakan bahwa, selemah-lemahnya PBM di dalam kelas, apabila siswa
melakukan kegiatan belajar sendiri dengan sehebat-hebatnya, hasil yang lebih
tinggi akan lebih mungkin dicapai.
B. PTSDL
1.
Persyarat
Penguasaan Materi Belajar (P)
Prasyarat
penguasaan materi pelajaran adalah komponen utama dari PTSDL. Rendahnya penguasaan materi pelajaran siswa bukan disebabkan karena
kemampuan dasar atau kecerdasan siswa, mungkin disebabkan oleh penguasaan
materi yang menjadi prasyarat untuk menguasai materi selanjutnya.
Menurut
Dimiyati & Mudjiono 1999:32) jika bahan pelajaran tergolong sukar, maka guru perlu membuat mudah dengan menunjuk bahan prasyarat. Sama dengan Dikdasmen (2004:37) untuk siswa yang mencapai taraf penguasaan materi kurang atau sama dengan 60% harus diberikan pengajaran remedial agar memiliki penguasaan
materi pelajaran sampai pencapaian 75%,
sekaligus dengan melakukan pembinaan agar mencapai kompetensi minimal yang
diharapkan.
Kesimpulan yang
dapat diambil bahwa pencapaian target minimal penguasaan materi pelajaran
merupakan modal utama peningkatan mutu kegiatan belajar siswa.
2.
Keterampilan
Belajar (T)
Keterampilan
belajar yang diharapkan mengacu kepada bagaimana siswa belajar
dan bukan lagi pada apa yang dipelajari.
Dikdasmen (2004:9)
menyatakan bahwa pengembangan keterampilan-keterampilan memproses perolehan peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri
fakta dan konsep serta menumbuhkembangkan sikap dan nilai
yang dituju.
Sejumlah
keterampilan belajar yang secara praktis dikuasi oleh siswa untuk mencapai
hasil belajar dan daya serap yang tinggi, antara lain menurut Ron Fry, yaitu:
a. Mengatur pelajaran
b. Membaca dan
mengingat
c. Mengatur waktu
belajar
d. Mengikuti pelajaran
kelas
e. Menggunakan kepustakaan
dan sumber-sumber belajar
f. Menulis karya tulis
dengan dengan baik dan mempersiapkan diri untuk ujian.
Prayitno (2002)
bahwa keterampilan belajar yang harus
dikuasai siswa meliputi:
a. Perencanaan masa
studi
b. Kemampuan menjalani
proses pembelajaran
c. Peningkatan
kemampuan membaca
d. Kemampuan mengingat,
konsentrasi, dan ketahahanan dalam belajar
e. Penyelesaian tugas dan
penulisan karya ilmiah
f. Belajar dari dan
bersama orang lain, dan
g. Keterampilan mengikuti ujian.
Dari beberapa
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan keterampilan belajar oleh siswa akan mampu meningkatkan mutu kegiatan belajarnya sesuai dengan target
kompetensi belajar yang diharapkan.
3.
Sarana Belajar (S)
Ketersediaan sarana
belajar merupakan salah satu aspek yang penting dalam menunjang kesuksesan
siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Siswa yang sedang menjali
kegiatan belajar seharusnya dilengkapi dengan sarana yang cukup memadai
sehingga mereka mampu memanfaatkannya untuk kelancaran kegiatan belajar dengan
hasil belajar yang tinggi.
Puskurbalitbangdik
(2002:17) menyatakan bahwa sarana belajar berfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran karena dengan sarana belajar mudah menarik perhatian siswa, mencegah verbalisme, merangsang
tumbuhnya pengertian, dan
berguna multifungsi.
Dimyati dan
Mudjiono (1999:249) menyatakan agar terselenggara proses pembelajaran yang
berhasil baik diperlukan sarana pembelajaran
berupa buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fsilitas laboratorium, serta
berbagai media pembelajaran.
Herman, dkk
(2004:135) mengemukakan sarana belajar berupa materi dan perlengkapan serta peralatan
yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar baik di kelas, sekolah, laboratorium/workshop, maupun di rumah.
Depdiknas (2004:10)
menyatakan bahwa sarana pembelajaran harus dikelola dengan sistem manajemen yang meliputi tata ruang belajar, kapasitas ruang, jadual pemakaian ruang,
tata letak ruang kelas, kebersihan dan keindahan kelas agar proses pembelajaran menjadi
nyaman dan menyenangkan.
Kesimpulan yang
dapat ditarik adalah bahwa penyediaan sarana belajar dapat memudahkan siswa mentransfer materi pembelajaran menuju penguasaan materi belajar oleh siswa.
4.
Diri Pribadi (D)
Kondisi diri
pribadi siswa perlu menjadi perhatian guru untuk dikembangkan ke arah yang
lebih positif. Selain itu kondisi siswa juga harus
dipertimbangkan dalam merancang materi pembelajaran, metode dan media
pembelajaran , serta pemilihan pendekatan belajar agar tidak menimbulkan
hambatan belajar, melainkan dapat mengembangkan potensi
diri siswa. Hasil yang diharapkan terbentuk pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
Menurut
Herman, dkk. (2004:138) Kondisi diri pribadi siswa baik berkenaan dengan kondisi
psikis maupun kondisi fisik yang bebas dari gangguan dan hambatan diharapkan mampu meraih prestasi belajar yang baik
Dimyati dan
Mudjiono (1999:238)
menyatakan bahwa siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadinya
belajar, dalam belajar siswa menghadapi
masalah-masalah. Jika ia tidak mengatasi masalahnya maka tidak terlaksana
belajar yang baik.
Puskurbalitbangdik
(2002:17) mengemukakan bahwa belajar merupakan kegiatan aktif siswa membangun makna atau pemahaman. Karena itu guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan
otoritasnya dalam membangun gagasan,
tanggung jawab belajar, mendorong prakarsa, dan motivasi untuk belajar.
Prayitno dan Erman Amti (1999:29) menyatakan bahwa guru dengan sekuat tenaga perlu menciptakan suasana pembelajaran dan suasana kelas yang menyejukkan,
bersemangat, luwes dan subur. Agar potensi diri siswa dapat berkembang lebih optimal.
Proses pembelajaran
menurut Puskurbalitbangdik (2002) dibuat bermakna
terkait dengan bakat,
minat, pengetahuan, cita-cita dan tata
nilai siswa. Senada dengan Sumadi Suryabrata (1991:7-8) menyatakan bahwa dalam
proses pembelajaran guru senantiasa mengembangkan
potensi peserta didik berupa potensi bakat, minat serta intelektualyang berbeda antara individu yang satu dengan
individu lainnya dan kepribadian mereka
yang unik.
Kesimpulan, bahwa
kondisi diri siswa harus dipertimbangkan dalam merancang materi pembelajaran, metode dan media pembelajaran, serta pemilihan pendekatan belajar agar tidak menimbulkan hambatan belajar,
melainkan dapat mengembangkan
potensi diri siswa. Hasil yang diharapkan terbentuk pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
5.
Lingkungan Sosial-Emosional (L)
Betapun baiknya
penguasaan materi persyaratan, keterampilan belajar serta dukungan sarana
belajar dan keadaan diri pribadi siswa apabila tidak didukung
secara positif oleh lingkungan sosial emosional yang berada disekitarnya maka
kesuksesan belajar yang tinggi sulit dicapai oleh siswa yang bersangkutan.
Siswa tidak
terlepas dari lingkungan sekitarnya, bagaimanapun lingkungan dapat mempengaruhi atau mengganggu kegiatan belajar siswa. Sumadi Suryabrata (1991:133) menyatakan lingkungan yang dapat mempengaruhi
belajar dapat berupa lingkungan alam, panas, dingin atau sejuk dan lingkungan
sosial, tenang, ramai, sibuk atau bising.
Utami Munandar
(1985:24) menyatakan bahwa faktor lingkungan
berupa situasi rumah yang tidak
kondusif, sikap penolakan, sikap
acuh tak acuh, kelas yang terlalu penuh akan
menghambat perkembangan intelektual, kreatifitas dan perkembangan optimal dari bakat siswa.
Menurut
Dimyati dan
Mudjiono (1999:253). Suasana psikologis dalam lingkungan sosial kelas dapat menghambat proses pembelajaran
dan dapat berpengaruh pada semangat belajar kelas.
Sedangkan Tengku
Zahara Djaafar (2001:29) mengatakan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang sifatnya eksternal terhadap diri individu, karena lingkungan
merupakan sumber informasi yang diperoleh melalui panca indera yang kemudian diterima oleh otak.
Puskurlitbangdik
(2002:17) menyatakan bahwa lingkungan sebagai
sumber belajar dapat dibedakan
menjadi:
a) Lingkungan alam
seperti binatang, pergunungan, gunung api, hutan, pantai laut dalam, sungai dan
lain-lain,
b) Lingkungan sosial
seperti keluarga, rukun tetangga, desa, kota , dan pasar,
c) Lingkungan budaya seperti candi dan adat istiadat.
Hal yang lebih
lengkap dikemukakan oleh Prayitno (1998:12) bahwa manusia memiliki: Panca Daya yang terdiri dari daya taqwa, daya cipta, daya
rasa, daya karsa, dan daya karya yang
merupakan sumber tingkah laku
seorang individu. Pengembangan panca
daya berlangsung melalui dan dipengaruhi oleh lingkungan berupa gizi, pendidikan,
sikap dan perlakuan, budaya, dan kondisi insidental.
Dari paparan di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru diharapkan dapat menciptakan lingkungan sosial yang di dalamnya mewujud suasana keakraban, penerimaan, gembira, rukun dan damai serta memanfaatkan
lingkungan sosial sebagai sumber belajar; bukan sebaliknya berupa suasana perselisihan,
bersaing tidak sehat, salah menyalahkan,
dan cerai berai.
Tim
Penyusun. 2005. Belajar dan Pembelajaran.
Padang: FIP Universitas Negeri Padang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar