Selasa, 25 Maret 2014

“Syarat-syarat Kesuksesan Belajar”


TUGAS KELOMPOK
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Tentang
“Syarat-syarat Kesuksesan Belajar”
Description: D:\LogoUNP1-300x300.jpg
Oleh
Kelompok 1:
1.      Amri Razak  (1200557)
2.      Andini Mustika Sari (1200555)
3.      Ezy Zurriyati (1200651)
4.      Rahma Witta (1200678)

Seksi: Reguler 13

Dosen Pembimbing: Dra. Rifda Eliyasni, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UPP IV BUKITTINGGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
DAFTAR PUSTAKA

SYARAT-SYARAT KESUKSESAN BELAJAR
A.    Kesuksesan Belajar
            Hasil belajar (daya serap) siswa disekolah yang ideal apabila mereka mampu menguasai sepenuhnya (90-100%) materi pelajaran dengan berbagai tuntutan yang meliputi unsur-unsur/ ranah kognitif, afektif dan psikomotornya.
            Prayitno (1997) mengemukakan bahwa, selemah-lemahnya PBM di dalam kelas, apabila siswa melakukan kegiatan belajar sendiri dengan sehebat-hebatnya, hasil yang lebih tinggi akan lebih mungkin dicapai.

B.     PTSDL
1.      Persyarat Penguasaan Materi Belajar (P)
            Prasyarat penguasaan materi pelajaran adalah komponen utama dari PTSDL. Rendahnya penguasaan materi pelajaran siswa bukan disebabkan karena kemampuan dasar atau kecerdasan siswa, mungkin disebabkan oleh penguasaan materi yang menjadi prasyarat untuk menguasai materi selanjutnya.
            Menurut Dimiyati & Mudjiono 1999:32) jika bahan pelajaran tergolong sukar, maka guru perlu membuat mudah dengan menunjuk bahan prasyarat. Sama dengan Dikdasmen (2004:37) untuk siswa yang mencapai taraf penguasaan materi kurang atau sama dengan 60% harus diberikan pengajaran remedial agar memiliki penguasaan materi pelajaran sampai pencapaian 75%, sekaligus dengan melakukan pembinaan agar mencapai kompetensi minimal yang diharapkan.
            Kesimpulan yang dapat diambil bahwa pencapaian target minimal penguasaan materi pelajaran merupakan modal utama peningkatan mutu kegiatan belajar siswa.

2.      Keterampilan Belajar (T)
            Keterampilan belajar yang diharapkan mengacu kepada bagaimana siswa belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari.
            Dikdasmen (2004:9) menyatakan bahwa pengembangan keterampilan-keterampilan memproses perolehan peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkembangkan sikap dan nilai yang dituju.
            Sejumlah keterampilan belajar yang secara praktis dikuasi oleh siswa untuk mencapai hasil belajar dan daya serap yang tinggi, antara lain menurut Ron Fry, yaitu:
a.       Mengatur pelajaran
b.      Membaca dan mengingat
c.       Mengatur waktu belajar
d.      Mengikuti pelajaran kelas
e.       Menggunakan kepustakaan dan sumber-sumber belajar
f.       Menulis karya tulis dengan dengan baik dan mempersiapkan diri untuk ujian.

            Prayitno (2002) bahwa keterampilan belajar yang harus dikuasai siswa meliputi:
a.       Perencanaan masa studi
b.      Kemampuan menjalani proses pembelajaran
c.       Peningkatan kemampuan membaca
d.      Kemampuan mengingat, konsentrasi, dan ketahahanan dalam belajar
e.       Penyelesaian tugas dan penulisan karya ilmiah
f.       Belajar dari dan bersama orang lain, dan
g.      Keterampilan mengikuti ujian.
            Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan keterampilan belajar oleh siswa akan mampu meningkatkan mutu kegiatan belajarnya sesuai dengan target kompetensi belajar yang diharapkan.

3.      Sarana Belajar (S)
            Ketersediaan sarana belajar merupakan salah satu aspek yang penting dalam menunjang kesuksesan siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Siswa yang sedang menjali kegiatan belajar seharusnya dilengkapi dengan sarana yang cukup memadai sehingga mereka mampu memanfaatkannya untuk kelancaran kegiatan belajar dengan hasil belajar yang tinggi.
            Puskurbalitbangdik (2002:17) menyatakan bahwa sarana belajar berfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran karena dengan sarana belajar mudah menarik perhatian siswa, mencegah verbalisme, merangsang tumbuhnya pengertian, dan berguna multifungsi.
            Dimyati dan Mudjiono (1999:249) menyatakan agar terselenggara proses pembelajaran yang berhasil baik diperlukan sarana pembelajaran berupa buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fsilitas laboratorium, serta berbagai media pembelajaran.
            Herman, dkk (2004:135) mengemukakan sarana belajar berupa materi dan perlengkapan serta peralatan yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar baik di kelas, sekolah, laboratorium/workshop, maupun di rumah.
            Depdiknas (2004:10) menyatakan bahwa sarana pembelajaran harus dikelola dengan sistem manajemen yang meliputi tata ruang belajar, kapasitas ruang, jadual pemakaian ruang, tata letak ruang kelas, kebersihan dan keindahan kelas agar proses pembelajaran menjadi nyaman dan menyenangkan.
            Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa penyediaan sarana belajar dapat memudahkan siswa mentransfer materi pembelajaran menuju penguasaan  materi belajar oleh siswa.

4.      Diri Pribadi (D)
            Kondisi diri pribadi siswa perlu menjadi perhatian guru untuk dikembangkan ke arah yang lebih positif. Selain itu kondisi siswa juga harus dipertimbangkan dalam merancang materi pembelajaran, metode dan media pembelajaran , serta pemilihan pendekatan belajar agar tidak menimbulkan hambatan belajar, melainkan dapat mengembangkan potensi diri siswa. Hasil yang diharapkan terbentuk pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
            Menurut Herman, dkk. (2004:138) Kondisi diri pribadi siswa baik berkenaan dengan kondisi psikis maupun kondisi fisik yang bebas dari gangguan dan hambatan diharapkan mampu meraih prestasi belajar yang baik
            Dimyati dan Mudjiono (1999:238) menyatakan bahwa siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadinya belajar, dalam belajar siswa menghadapi masalah-masalah. Jika ia tidak mengatasi masalahnya maka tidak terlaksana belajar yang baik.
            Puskurbalitbangdik (2002:17) mengemukakan bahwa belajar merupakan kegiatan aktif siswa membangun makna atau pemahaman. Karena itu guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan, tanggung jawab belajar, mendorong prakarsa, dan motivasi untuk belajar.
            Prayitno dan Erman Amti (1999:29) menyatakan bahwa guru dengan sekuat tenaga perlu menciptakan suasana pembelajaran dan suasana kelas yang menyejukkan, bersemangat, luwes dan subur. Agar potensi diri siswa dapat berkembang lebih optimal.
            Proses pembelajaran menurut Puskurbalitbangdik (2002) dibuat bermakna terkait dengan bakat, minat, pengetahuan, cita-cita dan tata nilai siswa. Senada dengan Sumadi Suryabrata (1991:7-8) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran guru senantiasa mengembangkan potensi peserta didik berupa potensi bakat, minat serta intelektualyang berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya dan kepribadian mereka yang unik.
            Kesimpulan, bahwa kondisi diri siswa harus dipertimbangkan dalam merancang materi pembelajaran, metode dan media pembelajaran, serta pemilihan pendekatan belajar agar tidak menimbulkan hambatan belajar, melainkan dapat mengembangkan potensi diri siswa. Hasil yang diharapkan terbentuk pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

5.      Lingkungan Sosial-Emosional (L)
            Betapun baiknya penguasaan materi persyaratan, keterampilan belajar serta dukungan sarana belajar dan keadaan diri pribadi siswa apabila tidak didukung secara positif oleh lingkungan sosial emosional yang berada disekitarnya maka kesuksesan belajar yang tinggi sulit dicapai oleh siswa yang bersangkutan.
            Siswa tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya, bagaimanapun lingkungan dapat mempengaruhi atau mengganggu kegiatan belajar siswa. Sumadi Suryabrata (1991:133) menyatakan lingkungan yang dapat mempengaruhi belajar dapat berupa lingkungan alam, panas, dingin atau sejuk dan lingkungan sosial, tenang, ramai, sibuk atau bising.
            Utami Munandar (1985:24) menyatakan bahwa faktor lingkungan berupa situasi rumah yang tidak kondusif, sikap penolakan, sikap acuh tak acuh, kelas yang terlalu penuh akan menghambat perkembangan intelektual, kreatifitas dan perkembangan optimal dari bakat siswa.
            Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:253). Suasana psikologis dalam lingkungan sosial kelas dapat menghambat proses pembelajaran dan dapat berpengaruh pada semangat belajar kelas.
            Sedangkan Tengku Zahara Djaafar (2001:29) mengatakan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang sifatnya eksternal terhadap diri individu, karena lingkungan merupakan sumber informasi yang diperoleh melalui panca indera yang kemudian diterima oleh otak.
            Puskurlitbangdik (2002:17) menyatakan bahwa lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan menjadi:
a)      Lingkungan alam seperti binatang, pergunungan, gunung api, hutan, pantai laut dalam, sungai dan lain-lain,
b)      Lingkungan sosial seperti keluarga, rukun tetangga, desa, kota , dan pasar,
c)       Lingkungan budaya seperti candi dan adat istiadat.
            Hal yang lebih lengkap dikemukakan oleh Prayitno (1998:12) bahwa manusia memiliki: Panca Daya yang terdiri dari daya taqwa, daya cipta, daya rasa, daya karsa, dan daya karya yang merupakan sumber tingkah laku seorang individu. Pengembangan panca daya berlangsung melalui dan dipengaruhi oleh lingkungan berupa gizi, pendidikan, sikap dan perlakuan, budaya, dan kondisi insidental.
            Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru diharapkan dapat menciptakan lingkungan sosial yang di dalamnya mewujud suasana keakraban, penerimaan, gembira, rukun dan damai serta memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar; bukan sebaliknya berupa suasana perselisihan, bersaing tidak sehat, salah menyalahkan, dan cerai berai.


Tim Penyusun. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Padang: FIP Universitas Negeri Padang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar