Selasa, 25 Maret 2014

ANTROPOLOGI BUDAYA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian pesat, kebudayaan yang menjadi ciri khas suatu bangsa dan negara kini kian memudar. Padahal seharusnya hal ini janganlah terjadi karena kebudayaan merupakan suatu hal yang dapat memperkaya setiap negara yang ada di dunia dan kebudayaan juga lah yang mampu membedakan suatu negara dengan negara yang lainnya.
Saat ini para pemuda dan pemudi di Indonesia mulai terbawa pengaruh gaya hidup barat, mulai dari cara mandi, cara berpakaian, hingga gaya dalam berbicara. Hampir semua orang menganggap bahwa ini adalah modernisasi padahal yang sebenarnya terjadi adalah westernisasi. Westernisasi yang sekarang ini terjadi secara kolosal di negara Indonesia membuat kebudayaan di Indonesia mulai dilupakan dan menghilang sedikit demi sedikit.
Hal ini tampak dari amnesia masyarakat Indonesia akan reog ponorogo sampai akhirnya kesenian indah ini hendak direbut oleh negara tetangga kita, yakni Malaysia. Ketika hal ini terjadi, barulah masyarakat Indonesia sadar akan kebudayaan mereka dan ingin mempertahankan kebudayaan yang telah menjadi milik mereka selama bertahun-tahun itu. Seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia bisa mencegah punahnya kebudayaan ini dengan cara mematenkan kebudayaan kita agar tidak direbut bangsa lain dan melestarikannya dengan mengajarkan kebudayaan tersebut pada pemuda-pemudi bangsa yang akan menjadi generasi penerus kita.

1.2  Tujuan
Tujuan tim penulis dalam penulisan makalah ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui pengertian dan latar belakang dari antropologi budaya.
2.      Untuk mengetahui perbedaan kajian fisik, budaya, dan sosial.
3.      Untuk mengetahui konsep dasar dalam antropologi budaya.

1.3  Rumusan Masalah
2.1  Apa pengertian dan latar belakang dari antropologi budaya?
2.2  Apakah perbedaan kajian dari fisik, budaya, dan sosial dalam antropologi?
2.3  Apa saja konsep dasar yang terdapat dalam antropologi buadaya?
1.4  Metode Penulisan
Dalam studi ini, tim penulis menggunakan metode studi pustaka dan studi kasus untuk menyelidiki lebih mendalam tentang pengetahuan dasar antropologi.

1.5  Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini yaitu:
Bab I                                berisikan latar belakang, tujuan penulisan, perumusan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II                               berisikan pembahasan dari rumusan masalah yang telah ada.
Bab III                 berisikan kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka























BAB II
PEMBAHASAN
I.          Pengertian dan Latar Belakang Antropologi Budaya
A.    Pengertian Antropologi Budaya
Anthropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal"). Anthropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Anthropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan anthropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode anthropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.

Definisi antropologi menurut para ahli:
1.      William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2.      David Hunter: anthropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
3.      Koentjaraningrat: Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana anthropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.


B.     Latar Belakang Antropologi Budaya
Disiplin antropologi merupakan peradaban barat. Dari lembaga-lembaga antropologi etnografi, lahirlah Antropologi untuk pertama kali. Misalnya, lembaga Society Etnogiqui  (Paris) 1839 oleh M.Edwards, The Etnological Society (London) oleh T.Hodgokin (anti perbudakan. Tujuan lembaga tersebut sebagai pusat pengumpulan dan studi bahan etnografi yang berasal dari banyak kebudayaan di dunia. Dua puluh lima tahun kemudian (1874) di London diterbitkan buku Notes and Queries in Anthropologi yang dipergunakan untuk menyusun pedoman dalam pengumpulan etnografi secara teliti.
Dalam perkembangannya, lembaga etnologi di amerika terdesak dengan istilah antropologi sebagai ilmu tentang manusia dalam segala aspeknya, baik fisik maupun budayanya dari manusia dahulu sampai sekarang.
Orang yang diakui sebagai bapak antropologi adalah Franz Boas yaitu antropolog kelahiran jerman ahli geografi yang menulis buku The Centural Eskimo (1888). Ia telah meletakkan konsepsi dasar yang sampai sekarang dianut oleh hampir seluruh universitas di Amerika Serikat yaitu kesatuan dari semua ilmu tentang manusia dan kebudayaan, yaitu ilmu paleoantropologi, antropologi fisik, arkeologi prasejarah. Etnolinguistik, dan antropologi budaya yang menjadi sub ilmu antropologi.
Tugas etnologi ialah mengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri ras dan kebudayaan mereka dan kemudian menguraikan tentang penyebaran pada masa ini atau masa lalu melalui pergerakan dan percampuran manusia serta difusi kebudayaan. Sedangkan antropolgi sosial mempunyai tugas mengkaji tingkah laku sosial umumnya dalam bentuk yang telah dilembagakan seperti persaudaraan, sistem kekeluargaan, organisasi politik, tata cara hubungan antara semua lembaga tersebut.
Dalam antropologi terdapat 4 fase yang terjadi dalam perkembangan antropologi sebagai ilmu, yaitu:
1.      Fase pertama
Fase ini terjadi sebelum tahun 1800, sekitar akhir abad 15 hingga awal abad 16 orang eropa mulai mengelilingi wilayah wilayah dikawasan Asia, Afrika dan Amerika, sejak saat dalam perkembanganya permukaan bumi ini mulai terkena pengaruh Negara-negara Eropa Barat. Dalam perkembanganya mulai terkumpul catatan, buah cerita laporan dan buku-buku kisah cerita dari para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama dan pegawai pemerintah jajahan mengenai wilayah yang mereka datangi. Dalam buku-buku itu termuat mengenai deskripsi bangsa-bangsa yang terdapat di Afrika, Asia, Oseania dan suku-suku bangsa lainnya. Bahan-bahan deskripsi tersebut sangat menarik perhatian bangsa Eropa karena perbedaan dari wilayah yang dikunjungi dengan adat istiadat, bahasa, susunan masyarakat dan cirri-ciri fisik bangsa-bangsa Eropa Barat.
Bahan-bahan pengetahuan tadi disebut etnografi, atau seskripsi tentang bangsa-bangsa. Deskripsai yang diperoleh tadi biasanya tidak begitu teliti sehingga seringkali bersifat kabur, dan kebanyakan hanya memperhatikan hal yang menurut orang Eropa nampak aneh saja, walau ada pula karangan-karangan yang baik dan bersifat lebih teliti.
Dari keanehannya, maka bahan etnografi tadi amat menarik perhatian kaum terpelajar di Eropa Barat sejak abad ke 18. Kemudian dalam pandangan orang Eropa munculah pertentyangan terhadap bangsa Amerika, Afrika Asia dan juga Oseania tadi, yaitu: sebagian orang eropa menganggap bahwa mereka keturunan iblis dan bukan bangsa yang merupakan keturunan manusia, adajuga yang menganggap mereka merupakan bangsa yang masih murni yang belum tersentuh olehkejahatan, dan yang terakhir sebagian orang Eropa tertarik akan adat-istiadat dan ulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan asal Amerika, Afrika, Oseania dan Asia sehingga muncul museum-museum kebudayaan luar Eropa.
Pada awal abad ke-19 perhatian terhadap himpunan pengetahuan tentang masyarakat, adat istiadat dan cirri-ciri fisik bangsa-bangsa di luar Eropa dari pihak dunia ilmiah menjadi sangat besar, demikian besarnya sehingga timbul usaha-usaha pertama dari dunia ilmiah untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan etnografi tadi menjadi satu.
2.      Fase Kedua
Masa ini berlangsung pada pertengahan abad ke-19, pada mas ini mulai muncul tulisan-tulisan ataupun berupa karangan yang menyusun bahan etnhografi tersebut berdasarkan cara berikir evolusi masyarakat. Secara singkat kerangka berfikir tersebut bisa di golongkan seperti berikut: Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat dalam jangka beribu-ribu taun dengan berbagai tingkatan evolusi, dengan sebagai patokan tingkatan tertinggi adalah masyarakat yang hidup seperti masyarakat dii Eropa Barat.
Bentuk masyarakat yang tinggal di luar Eropa disebut oleh mereka (orang Eropa) sebagai bangsa primitive, dianggap sebagai sisa-sisa kebudayaan terdahulu yang masih hidup hingga sekarang.berdasarkan kerangka berfikir tersebut maka pada tahun sekitar 1860 timbul beberapa karangan yang membandingkan tingkat kebudayaan dari masing-masing bangsa berdasar tingkat-tingkat evolusi, sehingga timbula ilmu antropologi.
Kemudian timbul pula beberapa karangan yang hendak meneliti sejarah penyebaran kebudayaan bangsa-bangsa di mika bumi. Disini pula orang Eropa masih menganggap kebudayaan diluar Eropa merupakan sisa-sisa kebudayaan terdahulu yang masih kuno, sehingga dengan meneliti kebudayaan tersebut maka mereka dapat mengetahui sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa fase perkembangannya yang kedua ini ilmu antropologi berupa suatu ilmu akademikal; dengan tujuan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan maksud untuk mendapat ssuatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3.      Fase Ketiga
Fase ini berlangsung pada permulaan abad ke-20. Pada permulaan abad ke-20, sebagian besar negara-negara penjajah di Eropa masing-masing berhasil untuk mencapai kemantapan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan di luar eropa. Untuk keperluan daerah jajahan dimana pada waktu itu mulai berhadapan ilmu antropologi sebagai suatu ilmu yang justru mempelajari bangsa-bangsa di daerah luar eropa justru menjadi sangat penting. Sejak itu timbul pendirian bahwa mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa itu penting.
Suatu ilmu antropologi dengan sifat-sifat seperti yang terurai di atas terutama berembang di negara Inggris sebagai negara penjajah yang utama, tetapi juga di hamper semua negara colonial lainnya. Selain itu ilmu antropologi di Amerika Serikat yang bukan negara colonial tetapi mengalami berbagai masalah yang berhubungan dengan suku-suku bangsa Indian yang merupakan suku asli atau penduduk pribumi Benua Amerika kemudian terpengaruh oleh ilmu antropologi yang baru tadi. Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis dan tujuannya dapat dirumuskan sebagai berikut : Mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
4.      Fase Keempat
Fase ini kira-kira sesudah 1930. Pada fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling luas. Hal ini termasuk bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Kecuali itu kita lihat adanya dua perubahan di dunia, yaitu timbulnya anti pati terhadap kolonialisme terhadap perang dunia II, serta cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif (dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa dan Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah perang dunia II memang hampir tak adalagi di muka bumi.
Proses tersebut menyebabkan seolah-olah lapangan dalam ilmu antropologi telah hilang, sehingga memunculkan sebuah dorongan untuk memunculkan ide untuk mengembangkan lapangan penelitian dengan ide dan tujuan baru. Adapun bahan-bahan etnografi yang terdapat dalam fase pertama, kedua maupun yang ketiga tidak dibuang begitu saja melainkan dijadikan sebagai landasan bagi perkembangannya yang baru. Pengembangan itu terjadi di amerkia Serikat tetapi menjadi umum di negara-negara lain setelah tahun 1951, setelah 60 orang ahli antropologi dari berbagai negara Amerika dan Eropa, menajlin suatu simposium internasional untuk meninjau dan merumuskan pokok tujuan ruang lingkup dari ilmu antropologi yang baru.
Mengenai tujuannya, ilmu antropologi yang baru dalam fase perkrmbangannya yang keempat ini dapat dibagi dua yaitu tujuan akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademuikalnya adalah mencapai pengertian tentang makhluk-makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Karena didalam praktek ilmu antropologi biasanya mempelajari masyarakat suku bangsa, maka tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku-bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.

II.          Perbedaan Kajian Antropologi Fisik, Sosial dan Budaya
A.  Antropologi Fisik
Antropologi fisik mempelajari manusia dari segi biologi misalnya, bentuk tubuh, warna rambut, warna kulit, dan lainnya. Adapun ilmu yang termasuk Antropologi fisik yaitu:
1.      Paleoantropologi
      Bagian dari antropologi fisik yang menelaah tentang asal usul atau terjadinya dan perkembangan mahkluk manusia. Obyek penelitiannya adalah fosil manusia (sisa-sisa tubuh manusia yang telah membatu) yang terdapat dalam lapisan-lapisan bumi.

2.      Somatologi
      Bagian dari antropologi fisik yang menelaah tentang variasi atau keanekaragaman ras manusia melalui ciri-ciri tubuh manusia secara keseluruhan (ciri-ciri genotipe dan fenotipe).

Contoh: Dengan melakukan pengamatan mengenai perbedaan fisik orang dari ras Mongoloid dengan orang ras Negroid.

B.     Antropologi Budaya
Antropologi budaya melihat atau mempelajari manusia yang berkaitan dengan materi-materi kebudayaan seperti misalnya, alat-alat hidup, perumahan, kesenian, norma, perilaku dan lain sebagainya yang ada dalam masyarakat.
Adapun yang termasuk dalam antropologi budaya antara lain:
1.         Arkeologi: Bagian dari antropologi budaya yang mempelajari tentang sejarah manusia dan penyebarannya melalui obyek penelitian artefak (benda-benda peninggalan).
2.         Etnolinguistik: Bagian dari antropologi budaya yang mempelajari Timbulnya bahasa, bagaimana terjadinya variasi dalam bahasa serta penyebaran bahasa umat manusia di dunia.
3.         Etnografi: Ilmu ini mempelajari mengenai berbagai kebudayaan pada suatu masyarakat secara mendetail pada suatu kenyataan berupa aktivitas nyata masyarakat.
4.         Etnologi: Bagian dari antropologi budaya yang mencoba menelusuri asas-asas manusia dengan meneliti seperangkat pola kebudayaan suatu suku bangsa yang menyebar di seluruh dunia. Obyek penelitiannya adalah pola kelakuan masyarakat (adat istiadat, kekerabatan, kesenian, dsb) serta dinamika kebudayaan (perubahan, pelembagaan dan interaksi).

Contoh: Seorang peneliti melakukan penelitian di daerah Singkep, Blora tepatnya pada masyarakat Suku Samin. Ia meneliti mengenai alat-alat hidup, perumahan, kesenian, adapt istiadat (kebudayaan), norma, serta perilaku masyarakat Suku Samin. Dimana mata pencahariannya masih bertumpu pada pertanian dan masih memegang teguh kepercayaan yang dibawa oleh pendirinya Samin Surosentiko

C.    Antropologi Sosial
Antropologi sosial sering kali disebut antropologi sosial budaya, karena masyarakat dan budaya merupakan satu kesatuan system yang tidak terpisahkan. Antropologi ini tertarik untuk mempelajari struktur dan fungsi kelompok dengan melihat fenomena-fenomena seperti materi kebudayaan, bahasa, karya seni, dan agama, yang lebih menekankan institusi daripada melihat manusia sebagai pribadi.
Contoh: Penelitian mengenai kondisi wilayah suatu desa tertentu dengan melakukan pengamatan. Dengan cara mengamati kondisi geografis wilayah yang diteliti, kemudian melihat keadaan masyarakat setempat sesuai kondisi geografis wilayah tersebut. Meneliti terbentuknya organisasi dan struktur sosial yang ada di masyarakat setempat. Serta interaksi sosial yang terjadi pada masyarakat.
Misalnya desa Kemloko di kabupaten Temanggung yang daerahnya terletak di lereng gunung Sumbing yang mempunyai hawa dingin dan cocok untuk tanaman Tembakau, sehingga mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani Tembakau. Hal ini mempengaruhi struktur social di desa Kemloko. Seperti adanya petani tembakau, pedagangnya dan distributornya ke kota. Selain juga ada yang bekerja sebagai pedagang dan pegawai. Organisasi social yang ada di desa Kemloko antara lain adalah PKK,LKMD dan Karang Taruna.

III.          Konsep Dasar Antropologi
A.       Budaya
Makna kebudayaan, secara sederhana berarti semua cara hidup (ways of life) yang telah dikembangkan oleh anggota masyarakat. Dari prespektif lain kita bisa memandang suatu kebudayaan sebagai perilaku yang dipelajari dan dialami bersama (pikiran, tindakan, perasaan) dari suatu masyarakat tertentu termasuk artefak-artefaknya, dipelajari dalam arti bahwa perilaku tersebut disampaikan (transmitted) secara sosial, bukan diwariskan secara genetis dan dialami bersama dalam arti dipraktekkan baik oleh seluruh anggota masyarakat atau beberapa kelompok dalam suatu masyarakat.
Kebudayaan adalah norma kolektif semua pola prilaku ditransparansikan secara sosial melalui simbol-simbol, dari sini tiap unsur semua kemampuan kelompok umat manusia yang karakteristik, yang tidak hanya meliputi bahasa, peralatan, industri, seni, ilmu, hukum, pemerintahan, moral, dan keyakinan-keyakinan saja, melainkan meliputi  juga peralatan material atau artefak yang merupakan penjelmaan kemampuan budaya yang menghasilkan pemikiran yang berefek praktis dalam bentuk bangunan, senjata, mesin, media komunikasi, perlengkapan seni, dsb. Tidak ada kelompok umat manusia yang  memiliki maupun yang tidak memiliki bahasa, tradisi, kebiasaan, dan kelembagaan.
Setiap kebudayaan memiliki konfigurasi yang cocok dengan sikap-sikap dan kepercayaan dasar dari masyarakat, sehingga pada akhirnya membentuk sistem yang interdependen, dimana koherensinya lebih dapat dirasakan daripada dipikirkan pembentuknya. Kebudayaan dapat bersifat sistematis sehingga dapat menjadi selektif, menciptakan dan menyesuaikan menurut dasar-dasar dari konfigurasi tertentu. Kebudayaan akan lancar dan berkembang apabila terciptanya suatu integrasi yang saling berhubungan.
Dalam kebudayaan terdapat subsistem yang paling penting yaitu foci yang menjadi kumpulan pola perilaku yang menyerap banyak waktu dan tenaga. Apabila suatu kebudayaan makin terintegrasi maka fokus tersebut akan makin berkuasa terhadap pola perilaku dan makin berhubungan fokus tersebut satu dengan yang lainnya dan begitu pula sebaliknya. Kebudayaan akan rusak dan bahkan bisa hancur apabila perubahan yang terjadi terlalu dipaksakan, sehingga tidak sesuai dengan keadaan masyarakat tempat kebudayaan tersebut berkembang. Perubahan tersebut didorong oleh adanya tingkat integrasi yang tinggi dalam kebudayaan. Apabila tidak terintegrasi maka kebudayaan tersebut akan mudah menyerap serangkaian inovasi sehingga dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.
Pada dasarnya gejala kebudayaan dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan/ aktivitas, gagasan/ide dan artefak yang diperoleh, dipelajari dan dialami. Kebudayaan dapat diklasifikasikan atas teknologi sebagai alat-alat yang digunakan, organisasi sosial sebagai kegiatan institusi kebudayaan dan ideologi yang menjadi pengetahuan atas kebudayaan tersebut.
Klasifikasi Kebudayaan
Menurut R. Linton, kebudayaan dapat diklasifikasikan atas:
1.      Universals: pemikiran-pemikiran, perbuatan, perasaan dan artefak yang dikenal bagi semua orang dewasa dalam suatu masyarakat.
2.      Specialisties: gejala yang dihayati hanya oleh anggota kelompok sosial tertentu.
3.      Alternatives: gejala yang dihayati oleh sejumlah individu tertentu seperti golongan profesi.

Sifat Kebudayaan:
1.        Kebudayaan yang berkembang pada masyarakat memiliki sifat seperti:
Bersifat organik dan superorganik karena berakar pada organ manusia dan juga karena kebudayaan terus hidup melampaui generasi tertentu.
2.        Bersifat terlihat (overt) dan tersembunyi (covert) terlihat dalam tindakan dan benda, serta bersifat tersembunyi dalam aspek yang mesti diintegrasikan oleh tiap anggotanya.
3.        Bersifat eksplisit dan implisit berupa tindakan yang tergambar langsung oleh orang yang melaksanakannya dan hal-hal yang dianggap telah diketahui dan hal-hal tersebut tidak dapat diterangkan.
4.        Bersifat ideal dan manifest berupa tindakan yang harus dilakukannya serta tindakan-tindakan yang aktual.
5.        Bersifat stabil dan berubah yang diukur melalui elemen-elemen yang relatif stabil dan stabilitas terhadap elemen budaya.

Teori-teori Kebudayaan
Ada tiga pandangan tentang kebudayaan, yakni:
1.      Superorganik
      Kebudayaan adalah realitas super dan ada di atas dan di luar pendukung individualnya dan kebudayaan memiliki hukum-hukumnya sendiri. Inti pandangan superorganik adalah kebudayaan merupakan sebuah kenyataan sui generis, karena itu mesti dijelaskan dengan hukum-hukumnya sendiri. Kebudayaan tidak mungkin diterangkan dengan menggunakan sumbernya sebagaimana sebuah molekul dimengerti hanya dengan jumlah atom-atomnya, sumber-sumber bisa menjelaskan bagaimanan kebudayaan muncul, tetapi bukan kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan lebih daripada hasil kekuatan-kekuatan sosial dan ekonomi dan kebudayaan merupakan realitas yang menyebabkannya mungkin ada.
2.      Konseptualis
      Kebudayaan bukanlah suatu entitas sama sekali, tetapi sebuah konsep yang digunakan antropolog untuk menghimpun/meunifikasikan serangkaian fakta-fakta yang terpisah-pisah. Menurut kaum konseptualis, pada akhirnya semua kebudayaan mesti diterangkan secara sosial psikologis. Kebudayaan bukan dihasilkan dari kekuatan super human karena kebudayaan mendapatkan semua kualitas dari kepribadian dan interaksi dari kepribadian.
3.      Realis
      Kebudayaan adalah kedua-duanya, yaitu sebuah konsep dan entitas empiris. Kebudayaan adalah konsep dimana ia bangunan dari Antropologi dan kebudayaan sebuah entitas empiris yang menunjukkan cara mengorganisir fenomena-fenomena. Beberapa antropolog mempertahankan bahwa kebudayaan merupakan konsep dan realita yang berbentuk konstruk, bukan sebagai satu entitas yang bisa diamati tapi nyata karena tidak berbeda dalam mengamatinya.

B.       Ras
Perbedaan ras pada berbagai suku bangsa tidak mengindari kemungkinan penggunaan bahasa yang walaupun mungkin berbeda-beda, berasal dari keluarga bahasa yang sama. Bahasa orang Huwa, yaitu penduduk daerah pegunungan di Madagaskar, yang memiliki ciri-ciri ras Negroid yang tercampur dengan beberapa ciri ras Kaukasoid Arab, tergolong induk yang sama dengan bahasa Jawa maupun Bgu (salah satu bahasa Irian Jaya), yaitu keluarga bahasa Austranesia.
Manusia di muka bumi terdiri atas berbagai macam ras, berikut ras-ras diantaranya :
1.      Ras Australoid
    Ras Australoid adalah nama ras manusia yang mendiami bagian selatan India, Srilanka, beberapa kelompok di Asia Tenggara, Papua, Kepulauan Melanesia dan Australia. Untuk kelompok di Asia Tenggara, orang asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk ras ini. Sebelum Ras Mongoloid tiba di Nusantara, Ras Australoid merupakan ras dominan yang tersebar diseluruh pulau, samapi terdesak ke bagian timur Nusantara.
    Ciri khas utama ras ini ialah bahwa mereka berambut keriting hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras ini di Australia berambut pirang dan rambutnya tidaklah keriting melainkan lurus. Selain itu beberapa orang asli di Malaysia kulitnya juga tidak selalu hitam dan bahkan menjurus putih.
2.      Ras Kaukasoid
    Ras Kaukasoid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan, dan India Utara. Keturunan mereka juga menetap di Australia, Amerika Utara, sebagian dari Amerika Selatan, Afrika Selatan dan Selandia Baru.
    Anggota ras Kaukasoid biasa disebut “berkulit putih”, namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.\
3.      Ras Khoisan / Kapoid
    Ras Khoisan adalah ras manusia yang mendiami daerah barat daya Afrika, terutama di Namibia, Botswana, dan Afrika Selatan. Meski jumlah anggota ras ini tinggal beberapa ratus ribu, ras ini adalah ras yang sangat menarik sebab dianggap ras tertua atau cabang pertama yang berpisah dari ras utama manusia lainnya. Varietas DNA ibu (mitochondrial DNA) sangat beragam. Meski begitu mereka tidaklah “lebih primitif” daripada manusia lainnya.
4.      Ras Mongoloid
    Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan dan Oseania. Anggota ras Mongoloid biasa disebut “berkulit kuning”, namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap.
    Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.
5.      Ras Negroid
    Ras Negroid adalah ras manusia yang terutama mendiami benua Afrika di sebelah selatan gurun sahara. Keturunan mereka banyak mendiami Amerika Utara, Amerika Selatan dan juga Eropa serta Timur Tengah.
    Ciri khas utama anggota ras negroid ini ialah kulit yang berwarna hitam dan rambut keriting. Meski begitu anggota ras Khoisan dan ras Australoid, meski berkulit hitam dan berambut keriting tidaklah termasuk ras manusia ini.
6.      Ras Campuran
    Bagi beberapa orang, menikah antarras memang suatu hal yang dibutuhkan untuk memperbaiki keturunan, tetapi bukan itu hal yang terpenting, karena kehidupan yang baik dilalui secara berdampingan. Saat ini marak berbagai bangsa saling kawin antarras. Sekarang ini banyak ras campuran yang menjadi artis di Indonesia.

C.       Suku Bangsa
Pokok perhatian dari suatu deskripsi etnografi adalah kebudayaan–kebudayaan dengan corak yang khas seperti, yang disebut dengan istilah “suku bangsa” (dalam bahasa Inggris disebut ethnic group, yang kalau diterjemahkan secara harfiah menjadi “kelompok etnik”).
Istilah suku bangsa dipakai karena sifat kesatuan dari suatu suku bangsa bukan kelompok, melainkan golongan. Konsep yang mencangkup istilah suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh suatu kesadaran  dan jati diri mereka akan kesatuan dari kebudayaan tidak ditentukan oleh orang luar (misalnya oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan dsb, yang menggunakan metode-metode analis ilmiah), melainkan oleh warga kebudayaan yang bersangkutan itu sendiri, seperti misalnya dalam bahasa minangkabau atau ilmu hukum adat Indonesia. Deskripsi mengenai kebudayaan dari suatu suku bangsa biasanya merupakan isi dari suatu karangan etnografi. 
Aneka Ragam kebudayaan suku Bangsa. 
Sebaiknya kesatuan masyarakat suku-suku bangsa diseluruh dunia dibedakan berdasarkan mata pencaharian dan sistem ekonominya, yaitu:
1.        Masyarakat pemburu dan peramu
2.        Masyarakat peternak
3.        Masyarakat peladang
4.        Masyarakat nelayan
5.        Masyarakat petani pedesaan
6.        Masyarakat perkotaan kompleks.

D.       Sistem Kekerabatan
          Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
1.      Pembentukan Kekerabatan
a.      Evolusi Keluarga
      Pemikiran-pemikiran tentang asal mula dan perkembangan keluarga manusia sangat menarik perhatian baik dari kalangan umum ataupun dari kalangan para ahli ilmu sosial. Teori evolusi keluarga manusia berkembang melalui 4 tingkat evolusi, yaitu:
1)      Tahap 1: Masyarakat manusia pada mulanya hidup serupa kawanan kelompok hewan tanpa pada ikatan perkawinan. Tahap ini disebut: promiscuitet.
2)      Tahap 2: Dalam masyarakat manusia, anggota keluarganya telah mengenal ibunya, tetapi tidak menegenal ayahnya. Pola kekerabatan ini didominasi ibu yang paling berkuasa, keadaan keluarga tersebut disebut : Matriarchat.
3)      Tahap 3: Para laki-laki tidak puas dengan keadaan tersebut di atas. Kemudian mereka mengambil calon istri dari kelompok lain dan membawa gadis tersebut ke dalam kelompoknya. Bentuk keluarga sepertia ini disebut : Patriarchat.
4)      Tahap 4: Kelompok keluarga mulai ada perubahan, karena pergeseran bentuk perkawinan dari eksogami ke indogami sehingga anak-anaknya dapat mengenali anggota keluarga ayah dan anggota keluarga ibu. Sistem garis keturunan yang demikian (Wilken) menyebutnya : Parental.
     Arti pokok dari keluarga adalah sebagai kesatuan kelompok sosial yang melakukan kerja sama ekonomi antar laki-laki dan perempuan, dan sebagai lingkungan sosial ayng tepat untuk mengasuh anak. Hal yang lebih penting adalahperlunya mengendalikan kegiatan seksual, ini merupakan tugas perkawinan.
b.      Perkawinan
      Perkawinan menurut Koentjaraningrat adalah norma sosial yang mengatur seseorang dalam mendapatkan atau memilih teman hidup dalam usaha mencapai kebahagiaan hidup berkeluarga.

1)      Bentuk-Bentuk Perkawinan
Haviland menjelaskan di dunia ini paling tidak, ada tujuh bentuk perkawinan:
a)      Monogami yaitu perkawinan yang mengharuskan seseorang hanya mempunyai seorang istri atau suami.
b)      Poligini yaitu adat perkawinan yang memperbolehkan seorang laki-laki istri lebih dari seorang.
c)      Poliandri yaitu suatu adat perkawinan yang memperbolehkan seorang wanita mempunyai beberapa orang suami.
d)      Perkawinan kelompok yaitu adat perkawinan yang memperbolehkan beberapa laki-laki dengan beberapa wanita dapat melakukan hubungan seks satu sama lain.
e)      Levirat, yaitu perkawinan antar seorang janda dengan saudara laki-laki suaminya yang sudah meninggal dunia.
f)        Sororat, yaitu perkawinan antar seorang duda kawin denagn saudara perempuan istri yang meninggal dunia.
g)      Perkawinan berturut (serial marriage), yaitu bentuk perkawinan yang memperbolehkan laki-laki atau perempuan kawin atau hidup bersama dengan sejumlah orang berturut-turut.
2)      Adat menetap sesudah menikah
          Koenjaraningrat membedakan adat menetap sesudah nikah dalam kehidupan masyarakat di dunia ada tujuh bnetuk adat menetap yaitu antara lain :
a)      Utrolokal, adalah adat yang menentukan para pengantin baru diberi kemerdekaan untuk bertempat tinggal menetap di sekitar kediaman kaum kerabat suami atau istri.
b)      Virilokal, adalah adat yang menetapkan pengantin baru harus tinggal menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami.
c)      Matrilokal, adalah adat menetap sesudah menikah yang menetapkan para pengantin baru harus tinggal menetap di puasat kediaman keluarga istri.
d)      Bilokal, adalah adat yang menetapkan pengantin baru harus tinggal menetap berganti-ganti, pada masyarakat tertentu tinggal menetap di sekitar pusat kediaman keluarga suami.
e)      Avunkulokal, adalah adat yang menentukan pengantin baru harus tinggal di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu dari suami.
f)        Natolokal, adalah adat yang menetapkan pengantin baru harus tinggal terpisah, suami di sekitar kaum kerabatnya, sedangkan istri tetap tinggal di pusat kediaman kaum kerabatnya.
g)      Neolokal, adalah adat yang menetapkan pengantin baru tinggal sendiri di tempat kediaman baru.
3)      Keluarga Batih dan Keluarga Rumah Tangga
a)      Keluarga Batih/ Keluarga Inti (Nuclear Family)
      Sebagai akibat adanya perkawinan pasangan mempelai baru akan membentuk suatu kelompok kekerabatan yang disebut keluarga batih atau keluarga inti (nuclear familiy) yaitu sebagai kelompok sosial yang terkecil dalam masyarakat, yang terdiri sepasang suami istri bersama semua anaknya yang berkaitan perkawinan terebut (anak kandung, anak tiri, dan anak angkat) yang belum kawin.
b)      Rumah Tangga (House Hold)
      Rumah tangga yaitu sebagai unit keluarga yang terdiri atas suami istri dan anak-anaknya yang belum kawin, sering ditambah sejumlah anggota keluarga yang lain, dan terikat oleh suatu kesatuan ekonomi rumah tangga mereka sendiri. Yang dimaksud anggota sejumlah keluarga lain, adalah : saudara ipar, keponakan, menantu, mertua, paman bibi, orang tua, cucu, anak tiri bahkan pembantu rumah tangga, baby sitter, dan sebagainya.

2.      Bentuk-Bentuk Kelompok Kekerabatan
a.       Keluarga luas (extended family)
      Keluarga luas merupakan kelompok kerabat yang terdiri atas keluarga batih senior dan anak-anaknya yang tinggal dalam rumah yang terpisah, tetapi masih dalam lingkungan satu lahan pekarangan yang sama.
b.      Kindred (kaum kerabat/sanak saudara)
      Kindred adalah kesatuan kerabat yang melakukan interaksi atau berkumpul antar anggota kerabat pada waktu-waktu tertentu saja.
1)      Keluarga Ambilineal
            Keluarga ambilineal adalah suatu ketentuan bahwa seseorang dapat memilih hubungan keturunan melalui garis keturunan kerabat pria ataupun garis keturunan kerabat wanita saja.

2)      Klen (Clan)
            Klen adalah gabungan sejumlah keluarga luas yang anggotanya berasal dari satu nenek moyang, yang didikat oleh garis keturunan pihak kerabat laki-laki atau pihak perempuan.
3)      Fratri (Phratry)
            Fratri merupakan kelompok keturunan unilineal yang terdiri atas dua atau lebih yang mengakui berhubungan sebagai kerabat.
4)      Paruh Masyarakat (Moiety)
            Paruh masyarakat adalah setiap kelompok hasil pembagian masyarakat menjadi dua bagian atas dasar keturunan (Haviland) ,sedangakan Koenjaraningarat mengartikan moiety merupakan kelompok kekerabatan gabungan klen (seperti fratri), tetapi selalu merupakan separuh dari suatu masyarakat.

3.      Contoh Sistem Kekerabatan
Salah satu contoh sistem kekerabatan di suatu suku di Indonesia dapat dilihat pada suku bangsa Jawa.
Suku bangsa Jawa adalah suku bangsa yang mendiami Pulau Jawa bagian Tengah dan Timur, serta daerah-daerah yang disebut Kejawen sebelum terjadi perubahan seperti sekarang.
a.       Sistem Kekerabatan
      Suku Jawa memiliki sistem kekerabatan bilateral atau parental. Pada masyarakat Jawa dilarang adanya perkawinan antara saudara kandung, sedangkan perkawinan yang termasuk nggenteni karang wulu atau perkawinan sororat, yaitu perkawinan seorang duda dengan adik atau kakak mendiang istrinya diperbolehkan. Selain itu di masyarakat Jawa juga terkenal adanya poligami.
      Pada masyarakat Jawa ada juga sistem perkawinan yang berbeda dengan sistem pelamaran, yaitu:
1)      Sistem perkawinan magang atau ngenger, terjadi antara perjaka yang telah mengabdikan diri pada keluarga si gadis.
2)      Sistem perkawinan triman, mendapatkan istri karena pemberian atau penghadiahan dari salah satu lingkungan keluarga.
3)      Sistem perkawinan ngunggah-unggahi, pihak gadis melamar pihak perjaka.
4)      Sistem perkawinan paksa, perkawinan ini terjadi atas kehendak orang tua.
          Pada umumnya, suku Jawa tidak mempersoalkan tempat menetap setelah pernikahan, hal tersebut dinamakan utrolokal. Tetapi, pada umumnya seseorang akan bangga apabila pernikahan mempelai bertempat tinggal di tempat yang baru. Sistem tempat tinggal ini disebut neolokal.
b.      Sistem Kemasyarakatan
      Masyarakat suku Jawa masih membedakan antara orang golongsn priyayi terdiri atas pegawai negeri dan kaum terpelajar, dengan wong cilik seperti tukang tam, tukang-tukang dan pekerja kasar lainnya disamping keluarga keraton dan keturunan bangsawan.
c.       Kesenian
      Sistem kesenian Jawa memiliki dua tipe yaitu tipe Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu:
1)      Tipe kesenian Jawa Tengah
·         Seni tari, contohnya tari serimpi, dan tari bambang cakil.
·         Seni tembang, seperti lagu-lagu Dolanan Suwe Ora Jamu, Gek   Kepiye, Pitik Tukung, lagu Padang bulan yang diiringi gamelan.
·         Seni pewayangan, wayang kulit dan wayang orang.
·         Seni teater tradisional, ketoprak, wayang orang.
2)      Tipe kesenian Jawa Timur
·         Seni tari seperti tari Ngeremong, Tajuban, Tari Kuda Lumping, Reog Ponorogo, dan Tari lengger (Banyuwangi).
·         Seni pewayangan contoh wayang Beber.
·         Seni suara, contohnya lagu-lagu daerah Tanduk Majeng (Madura), gidung (Surabaya)
·         Seni teater tradisional, contohnya Ludruk dan kentung.
3)      Tipe Rumah Adat
·         Padepokan di Jawa Tengah.
·         Bangsal Kencono Keraton Yogyakarta
·         Rumah Sitobondo.

Suku Jawa mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Dalam susunannya, bahasa Jawa ini ada 2 macam:

a.       Bahasa Jawa Ngoko
1)      Ngoko lugu atau ngoko biasa
2)      Ngoko andap digunakan untuk berbicara dengan orang-orang yang sudah dikenal akrab, orang yang usianya lebih muda atau yang status sosialnya tinggi.
b.      Bahasa Jawa Krama
1)      Madya ngoko, biasanya dipakai dalam percakapan kesederhanaan di pedesaan.
2)      Krama madya, dipakai untuk orang-orang di pedesaan.
3)      Madyantara, dipakai untuk percakapan di kalangan priyayi.
4)      Kramantara, dipakai dalam pembicaraan antara orang tua atau lebih tinggi status sosialnya dengan orang yang lebih muda.
5)      Wredhakrama, untuk percakapan antara orang tua kepada orang muda/sesamanya.
6)      Mudhakrama, untuk percakapan antara orang muda terhadap orang tua atau dengan siapa saja.
7)      Krama inggil, digunakan dalam percakapan keraton.
8)      Krama desa, dipakai oleh orang-orang di pedesaan.
















BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Pengertian antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.
Latar belakang antropologi terbagi ke dalam 4 fase, yaitu fase pertama terjadi sebelum tahun 1800, fase kedua berlangsung pada pertengahan abad ke-19, fase ketiga berlangsung pada permulaan abad ke-20 dan fase ke empat sesudah 1930, pada fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling luas.
Konsep dasar dalam antropolgi budaya adalah budaya yaitu hasil karya, karsa, rasa, cipta dari munusia; ras;suku bangsa; dan sistem kekerabatan.

3.2  Saran
Demikianlah makalah ini tim penulis sajikan, apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, kritik dan saran sangat kami harapkan. Tiada gading yang tak retak, tiada manusia tanpa ada kesalahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar