RESUME KAJIAN
KEBAHASAAN SD
Tentang
FONOLOGI
Oleh
KELOMPOK 6:
1.
EZY ZURRIYATI (1200651)
2.
HAFFIT MUFFARID (1200642)
3.
SERUNI (1200558)
4.
WASTINI (1200583)
DOSEN PEMBIMBING:
Nur Azmi Alwi,S.S,M.Pd
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI
PADANG
2013
TATARAN
LINGUISTIK (1)
FONOLOGI
A.
Pengertian Fonologi
Menurut Kridalaksana (2002) dalam
kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki
bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
fonologi adalah bagian tata bahasa
atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah
fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang
berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu
disebut juga tata bunyi. Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi
bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti
dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang
dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya
dalam bahasa sangat penting karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja
fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita
tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut
kita gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l]
dan [r] bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah
dan malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem
[l]. Oleh karena itulah sangat penting bagi kita untuk mempelajari Fonologi.
Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri
atas empat macam. Ada fonem yang benar-benar asli dari bahasa Indonesia, namun
ada pula fonem yang berasal dari berbagai bahasa lain namun penggunaannya sudah
dibakukan. Dalam pembahasan berikut, saya tidak akan membedakan antara fonem
yang asli dengan fonem yang serapan.
Gambaran mengenai perkembangan
fonologi dari waktu ke waktu dapat dilihat lewat berbagai aliran dalam
fonologi.
a. Aliran
Kazan
Dengan tokohnya Mikolaj Kreszewski,
aliran ini mendefinisikan fonem sebagai satuan fonetis tak terbagi yang tidak
sama dengan antropofonik yang merupakan kekhasan tiap individu. Tokoh utama
aliran kazan adalah Baudoin de Courtenay (1895). Menurut linguis ini, bunyi –
bunyi yang secara fonetis berlainan disebut alternan, yang berkerabat secara
histiris dan etimologis. Jadi, meskipun dilafalkan berbeda, bunyi – bunyi itu
berasal dari satu bentuk yang sama. Pada 1880, Courtenay melancarkan kritiknya
terhadap presisi atas beberapa fona yang dianggapnya tidak bermanfaat. Pada
1925, paul passy mempertegas kritik tersebut.
Ferdinand De Saussure.
Ferdinand De Saussure.
Dalam bukunya “Cours de Linguistique
Generale” ‘ Kuliah Linguistik umum’, Saussure mendefinisikan fonologi sebagai
studi tentang bunyi – bunyi bahasa manusia.dari definisi tersebut tercermin
bahwa bunyi bahasa yang dimaksud olehnya hanyalah unsure – unsure yang
terdengar berbeda oleh telinga dan yang mampu menghasilkan satuan – satuan
akustik yang tidak terbatas dalam rangkaian ujaran. Jadi dapat dikatakan bahwa
Saussure menggunaklan criteria yang semata – mata fonetis untuk menggambarkan
fonem dan memempatkannya hanya pada poros sintagmatik.
Lalu Saussure mengoreksinya dan
mengatakan bahwa pada sebuah kata yang penting bukanlah bunyi melainkan perbedaan
fonisnya yang mampu membedakan kata itu dengan yang lain.
Dengan konsep – konsepnya, meskipun
tidak pernah mencantumkan istilah struktur maupun fungsi, Saussure dianggap
telah membuka jalan terhadap studi fonologi yang kemudian diadaptasi oleh aliran
Praha.
b. Aliran
Praha
Kelahiran fonologi ditandai dengan
“Proposition 22” ‘Usulan 22’ yang diajukan oleh R. Jakobson, S. Karczewski dan
N. Trubetzkoy pada konggres Internasional I para linguisdi La Haye, april 1928.
Pada 1932 jakobson mendefinisikan fonem sebagai sejumlah ciri fonis yang mampu
membedakan bunyi bahasa tertentu dari yang lain, sebagai cara untuk membedakan
makna kata. Jadi konsep fonem merupakan sejumlah ciri pembeda (ciri
distingtif).
c. Aliran
Amerika
Tokoh aliran ini adalah Edward Sapir
(1925), seorang etnolog dan linguis yang terutama memeliti bahasa – bahasa
Indian Amerika. Menurutnya, sistem fonologi bersifat fungsional. Kiprah Sapir
diteruskan oleh penerusnya dari Yale, Leonard Bloomfield , yang karyanya
“Language” menjadikan dirinya bapak linguistik Amerika selama 25 tahun. Pada
buku itu Bloomfield menjelaskan banyak hal tentang definisi – definisi mutakhir
tentang fonem, istilah ciri pembeda, zona penyebaran fonem, kriteria dasar
dalam menentukan oposisi fonologis dan lain- lain.
Sifat behaviouris dan antimentalis Bloomfield mengantarkannya pada konsepsi tentang komunikasi sebagai perilaku dimana sebuah stimulus (ujaran penutur) memunculkan reaksi mitra tutur. Menurutnya, yang penting dalam bahasa adalah fungsinya untuk menghubungkan stimulus penutur dengan reaksi mitra tutur. Agar fungsi itu terpenuhi, pada tataran bunyi cukuplah kiranya jika setiap fonem berbeda dengan yang lainnya. Sehingga zona penyebaran fonem dan sifat akustiknya bukanlah sesuatu yang penting. Pada tataran fonologi umum, pionir fonologi Amerika lainnya, W.F Twaddell pada 1935 menerbitkan monografi. Di dalamnya Twaddell menegaskan bahwa satuan – satuan fonologis bersifat relasional. Daniel Jones dan Aliran Fonetik Inggris Sejak 1907 Daniel Jones mengajar fonetik di University of London. Setelah itu ia kemudian lebih banyak menggelti praktek fonologi di Inggris. Kegiatannya di jurusan fonetik di University of college lebih difokuskan pada transkripsi fonetis dan pengajaran pelafalan bahasa – bahasa dunia. Perhatiannya pada dua hal itu membuat dirinya memiliki konsep tersendiri tentang fonem. Pada 1919, dalam “ Colloquial Sinhalese Reader” yang diterbitkannya bersama H.S Parera, Jones memberikan definisi fonem yang berciri distribusional.
Terinspirasi oleh Baudoin de Courtenay, yang memakai fonem sebagai realitas psikofonetis, Jones menggambarkan fonem sebagai realitas mental. Maksudnya, dalam studi tentang sifat alamiah fonem, kita juga dapat menggunakan baik intuisi, rasa bahasa maupun cara – cara lain yang bersifat psikologis. Hal ini menunjukkan bahwa Jones lebih suka pada sifat fonem, alih – alih fungsinya. Dengan sudut pandang seperti itu sebenarnya Jones sudah memasuki daerah kerja fonologi, dalam analisisnya ia memasukkan data fonologi tertentu, namun dengan menyingkirkan sudutpandangfonologis.
B.
Pembagian Fonologi
Menurut Hierarki satuan bunyi yang
menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara
umum fonetik biasanya dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari
bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi
sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi
fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi
tersebut sebagai pembeda makna.
Marilh kita
lihat percakapan ini :
Orang I : apakah tugasmu hari ini?
Orang II : membuat resensi buku
Orang I : resensi buku? buku siapa?
Orang II : ah, buku dalam bahasa arab
Orang I: dalam bahasa arab?
Orang II: ya,kita kan mahasiswa bahasa arab.
Dari percakapan
sependek ini kita hanya mendengar deretan bunyi baik yang dikeluarkan oleh
orang I maupun orang II. Bunyi-bunyi ini disebut, bunyi bahasa yang
kebetulan kita mengerti, karena kita adalah penutur bahasa Indonesia.
Seandainya ada orang jerman yang kebetulan mendengar percakapan ini, pasti dia
tidak mengerti bahasa Indonesia. Ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa
tertentu menurut fungsinya, untuk membedakan makna leksikal disebut
fonologi ( phonology). Di Amerika istilah fonologi disebut
fonemik (phonemics) sedangkan di eropa disamping fonemik terdapat pula
fonetik. Jadi, bagi sarjana di eropa, misalnya Belanda dan Inggris terdapat
fonetik dan fonologi, sedangkan di Amerika Serikat, baik fonetik maupun fonemik
dibicarakan dalam satu tataran yang disebut fonologi.
1. Fonetik
Fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji
bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan.
Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa
atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonetik juga
mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan
penggunaan bahasa. Chaer membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu,
menjadi tiga jenis fonetik, yaitu:
a) fonetik
artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari
bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi
bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
b) fonetik akustik mempelajari
bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu
diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.
c) fonetik
auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu
oleh telinga kita.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut
yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris,
sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa
itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih
berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang
kedokteran.
Kedua, fonemik yaitu kesatuan bunyi
terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer mengatakan bahwa
fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika
dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan
bunyi[r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi
tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan
fonem /r/.
Istilah lain yang
berkaitan dengan Fonologi antara lain fona, fonem, konsonan, dan vokal.
fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Unluk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :
1. udara,
2. artikulator atau bagian alat ucap
yang bergerak, dan
3. titik artikulasi atau bagian alat
ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara
keluar tanpa rintangan. Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan
menggerakkan udara keluar dengan rintangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan
rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan
atau perubahan posisi artikulator .
1.1
Alat Ucap
Dalam
fonetik artikulatoris hal pertama yang harus dibicarakan adalah alat ucap
manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa.
Nama-nama
alat ucap atau alat yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa adalah
sebagai berikut :
1.
paru – paru
2.
batang tnggorok
3.
pangkal tenggorok
4.
pita suara
5.
krikoid
6.
tiroid atau lekum
7.
aritenoid
8.
dinding rongga kerongkongan
9.
epiglottis
10.
akar lidah
11.
pangkal lidah
12.
tengah ldah
13.
daun lidah
14.
ujug lidah
15.
anak tekak
16.
langit-langit lunak
17.
langit-langit keras
18.
gusi, lengkung kaki gigi
19.
gigi atas
20.
gigi bawah
21.
bibir atas
22.
bibir bawah
23.
mulut
24.
rongga mulut
25.
rongga hidung
Bunyi-bunyi
yang terjadi pada alat-alat ucap itu biasanya diberi nama sesuai dengan nama
alat ucap itu. Nama-nama tersebut adalah ;
1.
pangkal tenggorok – laringal
2.
rongga kerongkongan – faringal
3.
pangkal lidah – dorsal
4.
tengah lidah – medial
5.
daun lidah – laminal
6.
ujung lidah – apikal
7.
anak tekak – uvular
8.
langit-langit lunak – velar
9.
langit-langit keras – palatal
10.
gusi – alveolar
11.
gigi – dental
12.
bibir – labial
1.2
Proses Fonasi
Terjadinya
bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemopaan udara keluar dari
paru-paru melalui pangkal tenggorok ke pangkal tenggorok yang didalamnya
terdapat pita suara. Berkenaan dengan hamabatan pada pita suara ini perlu
dijelaskan ada 4 macam posisi pita suara yaitu
1.
pita suara terbuka lebar
2.
pita suara terbuka agak lebar
3.
pita suara terbuka sedikit
4.
pita suara tertuup rapat-rapat
Jika
pita suara terbuka lebar maka tidak akan terjadi bunyi bahasa. Jika pita suara
terbuka agak lebar maka akan terjadi bunyi ahasayang disebut bunyi tak bersuara
(voiceless). Kalau pita suara terbuka sedikit maka akan terjadilah bunyi
bahasa yang disebut bunyi bersara(voice). Jika pita suara tertutup rapat maka akan
terjadilah bunyi hamzah atau glotal stop.
Jika
pita suara terbuka lebar berarti tidak ada hambatan apa-apa, maka berarti juga
tidak ada bunyi yang dhasilkan. Posisi terbuka agak lebar akan menghasilkan
bunyi-bunyi tak bersuara apabila arus udara diteruskan ke rongga mulut atau
rongga hidung. Posisi terbuka sedikit akan menghasilkan bunyi bersuara apabila
arus udara diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung. Sedangkan posisi pita
suara menutup sama sekali langsung menghasilkan bunyi hamzah atau bunyi
glottal.
Tempat
bunyi bahasa terjadi atau dihasilkan disebut tempat artikulasi.
Proses terjadinya disebut proses artikulasi. Dan alat-alat
yangdigunakan disebut artikulator. Dalam proses artikulasi ini
biasanya terlibat dua macam articulator yaitu articulator aktif dan
pasif.
Articulator aktif ; alat ucap yang bergerak dan digerakkan.
Misalnya
: bubur bawah, ujung lidah, dan daun lidah
Articulator pasif : alat ucap yang tidak dapat bergerak atau yang
didekati oleh articulator aktif.
Misalnya
: bibier atas, gigi atas, langit-langit keras
Keadaan,
cara atau posisi bertemunya articulator aktif dan artkulator pasif disebut striktur.
Dalam berbagai bahasa dijumpai bunyi ganda. Artinya ada dua bunyi yang lahir
dalam dua proses artikulasi yang berangkaian.
1.3
Tulisan
Fonetik
Dalam
studi linguistik dikenal adanya beberapa macam system tulisan dan ejaan,
diantaranya:
tulisan
fonetik untuk ejaan fonetik
tulisan
fonemis untuk ejaan fonemis
system
aksara tertentu untuk ejaan ortografis
Dalam studi
linguistic dikenal dengan adanya tulisan fonetik dari International Phonetic
Alphabet (IPA).
Dalam tulisan
fonetik setiap bunyi baik yang segmental maupun yang suprasegmental
dilambangkan secara akurat. Artinya, setiap bunyi mempunyai lambang-lambangnya
sendiri, meskipun perbedaanya hanya sedikit, tetapi dalam tulisan fonemik haya
perbedaan bunyi yang distingtif saja yakni yang membedakan makna, yang
dibedakan lambangnya.
1.4
Klasifikasi
Bunyi
Bunyi bahasa
dibedakan atas:
vocal
konsonan.
Bunyi vocal
dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit
menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru. Arus
udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa hambatan bunyi konsonan
terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak
lebar diteruskan dirongga mulut atau rongga hidung dengan mendapat hambatan
ditempa-tempat artikulasi tertentu.
1. Klasifikasi Vokal
Bunyi vocal
biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berasarkan posisi lidah dan bentuk
mulut. Posisi lidah biasa bersifat vertical dan horizontal.
Secara vertical
dibedakan adanya :
vocal tinggi,
misalnya, bunyi {i} dan {u}.
vocal tengah,
misalnya, bunyi [e] .
vocal rendah,
misalnya , bunyi [a]
Secara horizontal
dibedakan :
Vokal depan.
Misalnya, bunyi [I dan [e]
Vokal pusat,
misalnya bunyi [∂]
Vocal belakang,
misalnya bunyi [u] dan [o]
Menurut
bentuk mulut dibedakan :
Vocal bundar
misalnya, vocal [o] dan [u]
Vocal tak
bundar misalnya, vocal [i] dan [e]
Berdasarkan
posisi lidah dan bentuk mulut itulah kemudian kita memberi nama akan
vocal-vokal itu, misalnya :
[i] adalah vokal depan
tinggi tak bundar
[e] adalah vkal depan
tengah tak bundar
[∂] adalah vocal pusat
tengah tak undar
[o] adalah vokal
belakang tngah bundar
[a] adalah vocal pusat
rendah tak bundar
2. Diftong
atau Vokal Rangkap
Disebut diftong atau vocal rangkap karena posisi lidah etika memproduksi bunyi
ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama.
Contoh
diftong daam bahasa Indonesia adalah [au] pada kerbau.
Diftong
sering dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya sehingga
dibedakan adanya:
1.
diftong naik
2.
diftong turun.
Diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisis bunyi
yang kedua.
Diftong turun karena posisibuyi pertama lebih tinggi dari posisi yang kedua.
3. Klasifikasi
Konsonan
Bunyi-bunyi
konsonan biasanya dibedakan berdasarkan 3 patokan yaitu posisi pita suara,
tempat artikulasi, cara artikulasi
Berdasarkan
tempat artikulasi ;
1) Bilabial
yaitu konsoan yang terjadi pada kedua belah bibir atas. Contoh. Bunyi
[b],[p],[m]. b] dan [p] adalah bunyi oral yaitu dikelarkan melalui rongga
mulut, dan bunyi [m ] adalah bunyi nasal yatu bunyi yang dikeluarkan melalui
rongga hidung
2) Labiodental yakni konsonan yang terjadi pada
gigi bawah dan bibir atas. Contoh, bunyi [f] dan [v]
3) Aminoalveolar
yakni konsonan yang terjadi pada daun lidah dn gusi. Contohya, bunyi [t] da [d]
4) Dorsvelar
yakni konsonan yang terjad pada pangkal lidah dan velum. Contohnya, bunyi [k]
dan [g]
berdasarkan
cara artikulasinya dibedakan atas :
1) Hambat,
contohnya, bunyi [p] [b] [t] [d] [k] [g]
2) Geseran
, contohnya bunyi [f] [s] [z]
3) Paduan,
contohya, bunyi [c] [j]
4) Senggauan,
contohnya, bunyi [m] [n] [ŋ]
5) Getaran,
contohnya, bunyi [r]
6) Sampingan
, contohnya, bunyi [l]\
7) Hampiran,
contohnya, [w] [y]
1.5 Unsur
Suprasegmental
Dalam
arus ujaran ada bunyi yang dapat disegmentasikan sehigga disebut bunyi
segmental, tetapi yang berkenaan dengan keras lembut, panjang pendek, dan
jeda bunyi tidak dapat disegmentasikan. Dalam studi bunyi mengenai bunyi atau
unsure suprasegmental itu biasanya dibedakan pula atas sebagai berikut
1. Tekanan
atau stress
Tekanan
menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Tekanan ini mungkin terjadi secara
soradis, mungkin juga telah berpola,mungkin bersifat distingtif, dapat
membedakan makna, mungkin tidak distingtif.
2. Nada
atau Pitch
Nada
berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Nada dalam
bahasa-bahasa tertentu bisa bersifat fonemis maupun morfemis.
Dalam bahasa tonal biasanya dikenal dengan adanya lima macam nada, yaitu :
1. Nada
naik atau meninggi[ /]
2. Nada
datar [―]
3. Nada
turun [\]
4. Nada
turun naik [\/]
5. Nada
naik turun [/\]
nada
yang menyertai bunyi segmental di dalam kalimat disebut intonasi.
Dalam hal ini biasanya dibedakan menjadi 4 macam nada ;
1. Nada
yang paling tinggi [4]
2. Nada
tinggi [3]
3. Nada
sedang [2]
4. Nada
rendah [1]
3. Jeda
atau persendian
Jeda
atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar
persambungan antara segmen yang satudengan yang lain.dibedakan:
a) Sendi
dalam menunjukkan batas antara satu silabel deengan silabel yang lain
b) Sendi
luar menunjukkan batas yang lebih bsar dari segmen silabel.
1.6
silabel
Silabel adalah satuan ritms terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan
bunyi ujaran
Onset adalah bunyi pertama pada sebua silabel, seperti bunyi [s] pada kata
sampah.
Koda adalah bunyi akhir paa sebuah silabel seperti bunyi [n] pada kata paman.
4.
Fonemik
Objek
penelitian fonetik adalah fon, yaitu bunyi bahasa
yang mengandung bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau
tidak.
Objek
penelitian fonemik adalah fonem yakni buyi bahasa yang dapat atau berfungsi
membedakan makna kata.
2.1
Identitas Fonem
Bunyi
bisa disebut fonem apabila satuan bahasanya memiliki beda makna. Fonem dari
sebuah bahasa ada yang mempunyai beban fungsional tinggi dan rendah. Dikatakaan
bebab fungsional tinggi apabila banya ditemui pasangan mnimal yang mengandung
fonem tersebut.
2.2
alofon
Bunyi-bunyi
yang merupakan realisasi dari sebuah fonem disebut alofon.
Alofon- alofon dari seuah fonem memiliki kemirian fonetis. Artinya banyak
mempunyai kesamaan dalam pengucapannya. Tentang distribusinya mungkin bersifat komplementer
mungkin juga bersifat bebas.
1.
Distribusi komplementer adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa
dipertukarkan.
2.
Distribusi bebas adalaah bahwa alofon-alofon itu boleh igunakan tanpaa
persyaratan lingkungan bunyi tertentu.
2.3
Klasifikasi fonem
Kriteria
dan prosedur klasifikasi fonem sama dengan klasifikasi bunyi dan unsur
suprasegmental. Fonem-fonem yang berupa bunyi yang didapat sebagai hasil
segmentasi terhadaap arus ujaran disebut fonem segmental.
Fonem
yang berupa unsure suprasegmental dsebut fonem suprasegmental atau fonem
nonsegmental.
2.4
Khazanah Fonem
Khazanah
fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa.
Berapa jumlah fonem yang dimiliki suatu bahasa tidak sama jumlahnya dengan yang
dimiliki bahasa lain.
2.5
Perubahan Fonem
2.5.1
Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi
adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagaiakibat
dari bunyi yang ada di lingkungannya sehingga bunyi itu menjadi sama.
Contoh, sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan [saptu]
Asimilasi fonemis adalah perubahan yang menyebabkan berubahnya identitas sebuah
fonem.
Asimilasi fonetis adalah perubahan yang tidak menyebabkan berubahnya identitas
sebuah fonem.
Asimilasi
dibedakan menjadi 3 :
1.
Asimilasi Progresif : bunyi yang diubah terletak dibelakang bunyi yang
mempengaruhinya.
2.
Asimilasi Regresif : Bunyi yang diubah itu terletak dimuka bunyi yang
mempengaruhinya
3.
Asimilasi Resiprokal : Perubahan itu terjadi pada kedua bunyi yang saling
mempengaruhi.
Disasimilasi
adalah peristiwa perebahan yang menyebabkan dua buah fonem yang sama menjadi
berbeda.
2.5.2
Netralisasi dan Arkifonem
Contoh hasil netralisasi, adanya bunyi [t] pada posisi akhir kata yang dieja
hard.
Contoh hasil arkifonem, fonem [d] pada kata hard yang bias berwujud [t] dan [d]
2.5.3
Umlaut, Ablaut, dan Harmoni Vocal
Umlaut adalah perubahan vocal sedemikian rupa sehingga vocal itu diubah menjadi
vocal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vocal yang berikutnya yang tinggi.
Ablaut adalah perubahan vocal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa Indo-Jerman
untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal.
Harmoni vocal adalah perubahan bunyi.
2.5.4
Kontraksi
Kontraksi
adalah suatu pemendekan yang dapat berupa hilangnya sebuah fonem atau lebih
2.5.5
Metatesis dan Epentesis
1.
Metatesis merupakan proses mengubah
urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata.
2.
Epentesis adalah sebuah fonem tertentu
disisipkan kedalam sebuah kata.
2.6
Fonem dan Grafem
Fonem
adalah satuan bunyi bahasa tewrkecil yang fungsional ataua dapat membedakan
makna kata.
Pengertian Puisi, Pengertian Puisi Lama, Contoh paragraf deduktif, dan Pengertian Parafrasa.
BalasHapus