Selasa, 25 Maret 2014

FONOLOGI


RESUME KAJIAN KEBAHASAAN SD

Tentang

FONOLOGI


Oleh

KELOMPOK 6:

1.         EZY ZURRIYATI (1200651)
2.         HAFFIT MUFFARID (1200642)
3.         SERUNI (1200558)
4.         WASTINI (1200583)

DOSEN PEMBIMBING:  Nur Azmi Alwi,S.S,M.Pd


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
TATARAN LINGUISTIK   (1)
FONOLOGI

A.    Pengertian Fonologi

Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi.  Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l]. Oleh karena itulah sangat penting bagi kita untuk mempelajari Fonologi.
Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas empat macam. Ada fonem yang benar-benar asli dari bahasa Indonesia, namun ada pula fonem yang berasal dari berbagai bahasa lain namun penggunaannya sudah dibakukan. Dalam pembahasan berikut, saya tidak akan membedakan antara fonem yang asli dengan fonem yang serapan.

Gambaran mengenai perkembangan fonologi dari waktu ke waktu dapat dilihat lewat berbagai aliran dalam fonologi.

a.     Aliran Kazan
Dengan tokohnya Mikolaj Kreszewski, aliran ini mendefinisikan fonem sebagai satuan fonetis tak terbagi yang tidak sama dengan antropofonik yang merupakan kekhasan tiap individu. Tokoh utama aliran kazan adalah Baudoin de Courtenay (1895). Menurut linguis ini, bunyi – bunyi yang secara fonetis berlainan disebut alternan, yang berkerabat secara histiris dan etimologis. Jadi, meskipun dilafalkan berbeda, bunyi – bunyi itu berasal dari satu bentuk yang sama. Pada 1880, Courtenay melancarkan kritiknya terhadap presisi atas beberapa fona yang dianggapnya tidak bermanfaat. Pada 1925, paul passy mempertegas kritik tersebut.
Ferdinand De Saussure.
Dalam bukunya “Cours de Linguistique Generale” ‘ Kuliah Linguistik umum’, Saussure mendefinisikan fonologi sebagai studi tentang bunyi – bunyi bahasa manusia.dari definisi tersebut tercermin bahwa bunyi bahasa yang dimaksud olehnya hanyalah unsure – unsure yang terdengar berbeda oleh telinga dan yang mampu menghasilkan satuan – satuan akustik yang tidak terbatas dalam rangkaian ujaran. Jadi dapat dikatakan bahwa Saussure menggunaklan criteria yang semata – mata fonetis untuk menggambarkan fonem dan memempatkannya hanya pada poros sintagmatik.
Lalu Saussure mengoreksinya dan mengatakan bahwa pada sebuah kata yang penting bukanlah bunyi melainkan perbedaan fonisnya yang mampu membedakan kata itu dengan yang lain.
Dengan konsep – konsepnya, meskipun tidak pernah mencantumkan istilah struktur maupun fungsi, Saussure dianggap telah membuka jalan terhadap studi fonologi yang kemudian diadaptasi oleh aliran Praha.
b.     Aliran Praha
Kelahiran fonologi ditandai dengan “Proposition 22” ‘Usulan 22’ yang diajukan oleh R. Jakobson, S. Karczewski dan N. Trubetzkoy pada konggres Internasional I para linguisdi La Haye, april 1928. Pada 1932 jakobson mendefinisikan fonem sebagai sejumlah ciri fonis yang mampu membedakan bunyi bahasa tertentu dari yang lain, sebagai cara untuk membedakan makna kata. Jadi konsep fonem merupakan sejumlah ciri pembeda (ciri distingtif).
c.     Aliran Amerika
Tokoh aliran ini adalah Edward Sapir (1925), seorang etnolog dan linguis yang terutama memeliti bahasa – bahasa Indian Amerika. Menurutnya, sistem fonologi bersifat fungsional. Kiprah Sapir diteruskan oleh penerusnya dari Yale, Leonard Bloomfield , yang karyanya “Language” menjadikan dirinya bapak linguistik Amerika selama 25 tahun. Pada buku itu Bloomfield menjelaskan banyak hal tentang definisi – definisi mutakhir tentang fonem, istilah ciri pembeda, zona penyebaran fonem, kriteria dasar dalam menentukan oposisi fonologis dan lain- lain.

Sifat behaviouris dan antimentalis Bloomfield mengantarkannya pada konsepsi tentang komunikasi sebagai perilaku dimana sebuah stimulus (ujaran penutur) memunculkan reaksi mitra tutur. Menurutnya, yang penting dalam bahasa adalah fungsinya untuk menghubungkan stimulus penutur dengan reaksi mitra tutur. Agar fungsi itu terpenuhi, pada tataran bunyi cukuplah kiranya jika setiap fonem berbeda dengan yang lainnya. Sehingga zona penyebaran fonem dan sifat akustiknya bukanlah sesuatu yang penting. Pada tataran fonologi umum, pionir fonologi Amerika lainnya, W.F Twaddell pada 1935 menerbitkan monografi. Di dalamnya Twaddell menegaskan bahwa satuan – satuan fonologis bersifat relasional.  Daniel Jones dan Aliran Fonetik Inggris Sejak 1907 Daniel Jones mengajar fonetik di University of London. Setelah itu ia kemudian lebih banyak menggelti praktek fonologi di Inggris. Kegiatannya di jurusan fonetik di University of college lebih difokuskan pada transkripsi fonetis dan pengajaran pelafalan bahasa – bahasa dunia. Perhatiannya pada dua hal itu membuat dirinya memiliki konsep tersendiri tentang fonem. Pada 1919, dalam “ Colloquial Sinhalese Reader” yang diterbitkannya bersama H.S Parera, Jones memberikan definisi fonem yang berciri distribusional.

Terinspirasi oleh Baudoin de Courtenay, yang memakai fonem sebagai realitas psikofonetis, Jones menggambarkan fonem sebagai realitas mental. Maksudnya, dalam studi tentang sifat alamiah fonem, kita juga dapat menggunakan baik intuisi, rasa bahasa maupun cara – cara lain yang bersifat psikologis. Hal ini menunjukkan bahwa Jones lebih suka pada sifat fonem, alih – alih fungsinya. Dengan sudut pandang seperti itu sebenarnya Jones sudah memasuki daerah kerja fonologi, dalam analisisnya ia memasukkan data fonologi tertentu, namun dengan menyingkirkan sudutpandangfonologis.

B.     Pembagian Fonologi

Menurut Hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasanya dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.

            Marilh kita lihat percakapan ini :
            Orang I : apakah tugasmu hari ini?
            Orang II : membuat resensi buku­­
            Orang I : resensi buku? buku siapa?
            Orang II : ah, buku dalam bahasa arab
            Orang I: dalam bahasa arab?
            Orang II: ya,kita kan mahasiswa bahasa arab.

Dari percakapan sependek ini kita hanya mendengar deretan bunyi baik yang dikeluarkan oleh orang I maupun orang II. Bunyi-bunyi ini disebut, bunyi bahasa yang  kebetulan kita mengerti, karena kita adalah penutur bahasa Indonesia. Seandainya ada orang jerman yang kebetulan mendengar percakapan ini, pasti dia tidak mengerti bahasa Indonesia. Ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya, untuk membedakan makna leksikal disebut fonologi  ( phonology). Di Amerika istilah fonologi disebut fonemik (phonemics) sedangkan di eropa disamping fonemik terdapat pula fonetik. Jadi, bagi sarjana di eropa, misalnya Belanda dan Inggris terdapat fonetik dan fonologi, sedangkan di Amerika Serikat, baik fonetik maupun fonemik dibicarakan dalam satu tataran yang disebut fonologi.

1.      Fonetik

Fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa. Chaer membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik, yaitu:

a)     fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.

b)     fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.

c)      fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.

Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.
Kedua, fonemik yaitu  kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi[r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.

Istilah  lain yang berkaitan dengan Fonologi antara lain fona, fonem, konsonan, dan vokal.

fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Unluk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :
1.      udara,
2.      artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
3.      titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan.  Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator .

1.1              Alat Ucap
Dalam fonetik artikulatoris hal pertama yang harus dibicarakan adalah alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa.
Nama-nama alat ucap atau alat yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa adalah sebagai  berikut :
1.                  paru – paru
2.                  batang tnggorok
3.                  pangkal tenggorok
4.                  pita suara
5.                  krikoid
6.                  tiroid  atau lekum
7.                  aritenoid
8.                  dinding rongga kerongkongan
9.                  epiglottis
10.              akar lidah
11.              pangkal lidah
12.              tengah ldah
13.              daun lidah
14.              ujug lidah
15.              anak tekak
16.              langit-langit lunak
17.              langit-langit keras
18.              gusi, lengkung kaki gigi
19.              gigi atas
20.              gigi bawah
21.              bibir atas
22.              bibir bawah
23.               mulut
24.              rongga mulut
25.              rongga hidung

Bunyi-bunyi yang terjadi pada alat-alat ucap itu biasanya diberi nama sesuai dengan nama alat ucap itu. Nama-nama tersebut adalah ;
1.                  pangkal tenggorok – laringal
2.                  rongga kerongkongan – faringal
3.                  pangkal lidah – dorsal
4.                  tengah lidah – medial
5.                  daun lidah – laminal
6.                  ujung lidah – apikal
7.                  anak tekak – uvular
8.                  langit-langit lunak – velar
9.                  langit-langit keras – palatal
10.              gusi – alveolar
11.              gigi – dental
12.              bibir – labial

1.2              Proses Fonasi

Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemopaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok ke pangkal tenggorok yang didalamnya terdapat pita suara. Berkenaan dengan hamabatan pada pita suara ini perlu dijelaskan ada 4 macam posisi pita suara yaitu
1.                  pita suara terbuka lebar
2.                  pita suara terbuka agak lebar
3.                  pita suara terbuka sedikit
4.                  pita suara tertuup rapat-rapat
Jika pita suara terbuka lebar maka tidak akan terjadi bunyi bahasa. Jika pita suara terbuka agak lebar maka akan terjadi bunyi ahasayang disebut bunyi tak bersuara (voiceless). Kalau pita  suara terbuka sedikit maka akan terjadilah bunyi bahasa yang disebut bunyi bersara(voice). Jika pita suara tertutup rapat maka akan terjadilah bunyi hamzah atau glotal stop.
Jika pita suara terbuka lebar berarti tidak ada hambatan apa-apa, maka berarti juga tidak ada bunyi yang dhasilkan. Posisi terbuka agak lebar akan menghasilkan bunyi-bunyi tak bersuara apabila arus udara diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung. Posisi terbuka sedikit akan menghasilkan bunyi bersuara apabila arus udara diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung. Sedangkan posisi pita suara menutup sama sekali langsung menghasilkan bunyi hamzah atau bunyi glottal.
Tempat bunyi bahasa terjadi atau dihasilkan disebut tempat artikulasi. Proses terjadinya disebut proses artikulasi. Dan alat-alat yangdigunakan disebut artikulator. Dalam proses artikulasi ini biasanya terlibat dua macam articulator yaitu articulator aktif dan pasif.
  Articulator aktif ; alat ucap yang bergerak dan digerakkan.
Misalnya : bubur bawah, ujung lidah, dan daun lidah
  Articulator pasif : alat ucap yang tidak dapat bergerak atau yang didekati oleh articulator aktif.
Misalnya : bibier atas, gigi atas, langit-langit keras
Keadaan, cara atau posisi bertemunya articulator aktif dan artkulator pasif disebut striktur. Dalam berbagai bahasa dijumpai bunyi ganda. Artinya ada dua bunyi yang lahir dalam dua proses artikulasi yang berangkaian.
1.3              Tulisan Fonetik
Dalam studi linguistik dikenal adanya beberapa macam system tulisan dan ejaan, diantaranya:
  tulisan fonetik untuk ejaan fonetik
  tulisan fonemis untuk ejaan fonemis
  system aksara tertentu untuk ejaan ortografis
Dalam studi linguistic dikenal dengan adanya tulisan fonetik dari International Phonetic Alphabet (IPA).
Dalam tulisan fonetik setiap bunyi baik yang segmental maupun yang suprasegmental dilambangkan secara akurat. Artinya, setiap bunyi mempunyai lambang-lambangnya sendiri, meskipun perbedaanya hanya sedikit, tetapi dalam tulisan fonemik haya perbedaan bunyi yang distingtif saja yakni yang membedakan makna, yang dibedakan lambangnya.


1.4              Klasifikasi Bunyi
Bunyi bahasa dibedakan atas:
  vocal
  konsonan.
Bunyi vocal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru. Arus udara itu keluar  melalui rongga mulut tanpa hambatan bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar diteruskan dirongga mulut atau rongga hidung dengan mendapat hambatan ditempa-tempat artikulasi tertentu.
1.       Klasifikasi Vokal
Bunyi vocal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah biasa bersifat vertical dan horizontal.
Secara vertical dibedakan adanya :
  vocal tinggi, misalnya, bunyi {i} dan {u}.
  vocal tengah, misalnya, bunyi [e] .
  vocal rendah, misalnya , bunyi [a]

Secara horizontal dibedakan :
  Vokal depan. Misalnya, bunyi [I dan [e]
  Vokal pusat, misalnya bunyi [∂]
  Vocal belakang, misalnya bunyi [u] dan [o]

Menurut bentuk mulut dibedakan :
  Vocal bundar misalnya, vocal [o] dan [u]
  Vocal tak bundar misalnya, vocal [i] dan [e]

Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut itulah kemudian kita memberi nama akan vocal-vokal itu, misalnya :
[i] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[e] adalah vkal depan tengah tak bundar
[∂] adalah vocal pusat tengah tak undar
[o] adalah vokal belakang tngah bundar
[a] adalah vocal pusat rendah tak bundar

2.      Diftong atau Vokal Rangkap

  Disebut diftong atau vocal rangkap karena posisi lidah etika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama.
 Contoh diftong daam bahasa Indonesia adalah [au] pada kerbau.
Diftong sering dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya sehingga dibedakan adanya:
1.      diftong naik
2.      diftong turun.
  Diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisis bunyi yang kedua.
  Diftong turun karena posisibuyi pertama lebih tinggi dari posisi yang kedua.
3.      Klasifikasi Konsonan
Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan 3 patokan yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, cara artikulasi
Berdasarkan tempat artikulasi ;
1)      Bilabial yaitu konsoan yang terjadi pada kedua belah bibir atas. Contoh. Bunyi [b],[p],[m]. b] dan [p] adalah bunyi oral yaitu dikelarkan melalui rongga mulut, dan bunyi [m ] adalah bunyi nasal yatu bunyi yang dikeluarkan melalui rongga hidung
2)       Labiodental yakni konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas. Contoh, bunyi [f] dan [v]
3)      Aminoalveolar yakni konsonan yang terjadi pada daun lidah dn gusi. Contohya, bunyi [t] da [d]   
4)      Dorsvelar yakni konsonan yang terjad pada pangkal lidah dan velum. Contohnya, bunyi [k] dan [g]
berdasarkan cara  artikulasinya dibedakan atas :
1)      Hambat, contohnya, bunyi [p] [b] [t] [d] [k] [g]
2)      Geseran , contohnya bunyi [f] [s] [z]
3)      Paduan, contohya, bunyi [c] [j]
4)      Senggauan, contohnya, bunyi [m] [n] [ŋ]
5)      Getaran, contohnya, bunyi [r]
6)      Sampingan , contohnya, bunyi [l]\
7)      Hampiran, contohnya, [w] [y]
1.5  Unsur Suprasegmental
Dalam arus ujaran ada bunyi yang dapat disegmentasikan sehigga disebut bunyi segmental, tetapi yang berkenaan dengan keras lembut, panjang  pendek, dan jeda bunyi tidak dapat disegmentasikan. Dalam studi bunyi mengenai bunyi atau unsure suprasegmental itu biasanya dibedakan pula atas sebagai berikut
1.    Tekanan atau stress
Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Tekanan ini mungkin terjadi secara soradis, mungkin juga telah berpola,mungkin bersifat distingtif, dapat membedakan makna, mungkin tidak distingtif.
2.      Nada atau Pitch
Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Nada dalam bahasa-bahasa tertentu bisa bersifat fonemis maupun morfemis. Dalam bahasa tonal biasanya dikenal dengan adanya lima macam nada, yaitu :
1.      Nada naik atau meninggi[ /]
2.      Nada datar [―]
3.      Nada turun [\]
4.      Nada turun naik [\/]
5.      Nada naik turun [/\]
nada yang menyertai bunyi segmental di dalam kalimat disebut intonasi. Dalam hal ini biasanya dibedakan menjadi 4 macam  nada ;
1.      Nada yang paling tinggi [4]
2.      Nada tinggi [3]
3.      Nada sedang [2]
4.      Nada rendah [1]

3.      Jeda atau persendian
Jeda atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar persambungan antara segmen yang satudengan yang lain.dibedakan:
a)      Sendi dalam menunjukkan batas antara satu silabel deengan silabel yang lain
b)      Sendi luar menunjukkan batas yang lebih bsar dari segmen silabel.
1.6 silabel
  Silabel adalah satuan ritms terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran
  Onset adalah bunyi pertama pada sebua silabel, seperti bunyi [s] pada kata sampah.
  Koda adalah bunyi akhir paa sebuah silabel seperti bunyi [n] pada kata paman.

4.      Fonemik

Objek penelitian fonetik adalah fon, yaitu bunyi bahasa yang mengandung bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau tidak.
 Objek penelitian fonemik adalah fonem yakni buyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
2.1 Identitas Fonem
Bunyi bisa disebut fonem apabila satuan bahasanya memiliki beda makna. Fonem dari sebuah bahasa ada yang mempunyai beban fungsional tinggi dan rendah. Dikatakaan bebab fungsional tinggi apabila banya ditemui pasangan mnimal yang mengandung fonem tersebut.
2.2 alofon
Bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem disebut alofon. Alofon- alofon dari seuah fonem memiliki kemirian fonetis. Artinya banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapannya. Tentang distribusinya mungkin bersifat komplementer  mungkin juga bersifat bebas.
1.      Distribusi komplementer adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa dipertukarkan.
2.      Distribusi bebas adalaah bahwa alofon-alofon itu boleh igunakan tanpaa persyaratan lingkungan bunyi tertentu.

2.3 Klasifikasi fonem
Kriteria dan prosedur klasifikasi fonem sama dengan klasifikasi bunyi dan unsur suprasegmental. Fonem-fonem yang berupa bunyi yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadaap arus ujaran disebut fonem segmental.
Fonem yang berupa unsure suprasegmental dsebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental.
2.4 Khazanah Fonem
Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Berapa jumlah fonem yang dimiliki suatu bahasa tidak sama jumlahnya dengan yang dimiliki bahasa lain.
2.5 Perubahan Fonem
2.5.1 Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagaiakibat dari bunyi yang ada di lingkungannya sehingga bunyi itu menjadi sama. Contoh, sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan [saptu]
  Asimilasi fonemis adalah perubahan yang menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem.
  Asimilasi fonetis adalah perubahan yang tidak menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem.
Asimilasi dibedakan menjadi 3 :
1.      Asimilasi Progresif : bunyi yang diubah terletak dibelakang bunyi yang mempengaruhinya.
2.      Asimilasi Regresif  : Bunyi yang diubah itu terletak dimuka bunyi yang mempengaruhinya
3.      Asimilasi Resiprokal : Perubahan itu terjadi pada kedua bunyi yang saling mempengaruhi.
Disasimilasi adalah peristiwa perebahan yang menyebabkan dua buah fonem yang sama menjadi berbeda.
2.5.2 Netralisasi dan Arkifonem
  Contoh hasil netralisasi, adanya bunyi [t] pada posisi akhir kata yang dieja hard.
  Contoh hasil arkifonem, fonem [d] pada kata hard yang bias berwujud [t] dan [d]
2.5.3 Umlaut, Ablaut, dan  Harmoni Vocal
  Umlaut adalah perubahan vocal sedemikian rupa sehingga vocal itu diubah menjadi vocal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vocal yang berikutnya yang tinggi.
  Ablaut adalah perubahan vocal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa Indo-Jerman untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal.
  Harmoni vocal adalah perubahan bunyi.
     
2.5.4 Kontraksi
Kontraksi adalah suatu pemendekan yang dapat berupa hilangnya sebuah fonem atau lebih
2.5.5 Metatesis dan Epentesis
1.        Metatesis merupakan proses mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata.
2.        Epentesis adalah sebuah fonem tertentu disisipkan kedalam sebuah kata.

2.6 Fonem dan Grafem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa tewrkecil yang fungsional ataua dapat membedakan makna kata.





1 komentar: