Rabu, 04 Maret 2015

KESIAPAN MENULIS



PEMBELAJARAN BAHASA DI KELAS RENDAH


Tentang

KESIAPAN MEMBACA DAN MENULIS



Oleh
NAMA              : EZY ZURRIYATI
NIM                   : 1200651
SEKSI               : Reguler 13




Dosen Pembimbing: Dra Ritawati Mahjuddin M.Pd




PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UPP IV BUKITTINGGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Guntur Hendry. 2008. Membaca. Bandung: Angkasa.
Mulyati, Yeti. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.



KESIAPAN MEMBACA DAN MENULIS

I.         KESIAPAN MEMBACA
A.    Pengertian
Membaca adalah suatu kegiatan fisik dan mental. Melalui membaca informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh. Inilah motivasi pokok yang dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya minat membaca dan membaca merupakan kegiatan fisik dan mental yang menuntut sesorang untuk menginterpretasikan symbol-simbol tulisan dengan aktiv dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi sebagai proses pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran sepanjang hayat.
Kesiapan membaca (reading readiness) ialah tingkat kematangan seorang anak, yang memungkinkannya belajar membaca tanpa suatu akibat negatif. Kematangan yang dimaksud disini meliputi kematangan fisik, mental, linguistik (bahasa), sosial.
Morphett dan Washburne (1931) berpendapat bahwa umur mental yang paling baik untuk belajar membaca adalah 6 tahun 5 bulan atau 6 tahun 6 bulan. Tetapi kemudian pendapat ini dipatahkan oleh Gates dan Bond (1936) dengan mengatakan bahwa waktu optimum bagi membaca permulaan tidak semata-mata bergantung pada keadaan anak, tetapi ditentukan juga oleh sifat program dan metode yang dipakai.

B.     Konsep Kesiapan Membaca
Periode prereading sangat panjang mulai dari lahir sampai saat seorang anak diajarkan untk mengenali dan membaca kata-kata. Selama periode inni anak belajar untuk memahami dan mengucapkan kata-kata, mengikuti arah cerita, mempelajari dan menginterpretasi gambar, dan sebagainya. Konsep modern berpendapat bahwa kesiapan terdiri atas berbagai faktor, tidak hanya faktor fisik dan kematangan saja, tetapi faktor tingkat pengetahuan. Kesiapan dalam membaca berfokus pada kesiapan membaca awal meskipun pada dasarnya kesiapan sangatlah penting di semua tingkatan. Mengembangkan kesiapan membaca pada setiap jenjang merupakan tugas penting guru.
Konsep umum “kesiapan “adalah beberapa hal yang harus diupayakan dan dikuasai sebelum hal lain ditangani. Belajar membaca sebagai suatu kegiatan juga melibatkan penguasaan keterampilan tertentu. Secara umum konsep kesiapan membaca diterima sekalipun persepsi tentang kesiapan membaca berbeda-beda dan meluas.
Perbedaan pandangan tersebut terutama disebabkan kerumitan membaca itu sendiri. Terlepas dari interprestasi yang berbeda mengenai kesiapan membaca, yang perlu dipikirkan adalah bagaimana agar anak-anak mencapai posisi siap membaca jika mereka ternyata tidak menunjukkan kesiapan membaca. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah, “Aspek membaca apakah yang siap pada anak ini ?” bukan, “Apakah anak ini siap memulai belajar keterampilan pengenalan kata ?” Secara luas, kesiapan membaca bukan hanya masalah untuk suatu usia atau tingkat kelas, namun untuk semua usia dan tingkat.
Ada sejumlah keterampilan yang menjadi prasyarat untuk pengajaran membaca formal.
Prasyarat yang dimaksud meliputi: pengalaman dasar, perkembangan kognitif, perkebmangan bahasa, kesadaran metalinguistik, minat dan sikap, deskriminasi visual dan auditori, serta kemampuan orientasi arahan

C.    Menilai Kesiapan
Prosedur untuk menilai kemampuan kesiapan membaca beragam mulai dari observasi guru sampai penggunaan tes standar. Pengalaman menunjukkan bahwa guru yang berpengalaman sering mengembangkan kepekaan dan kemampuan dalam mengidentifikasi anak-anak yang bergerak ke dalam pengajaran membaca formal.
Menilai kesiapan membaca siswa dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya berikut ini:
1.      Penilaian Informal
Para guru sering menyatakan bahwa anak-anak telah siap membaca dengan bekerja bersama mereka dan secara sistematis meneliti pola tingkah laku dan prestasinya. Simpulan dibuat berdasarkan apa yang lebih tampak sebagai pola. Dalam kaitan ini observasi merupakan cara yang dilengkapi daftar pemeriksaan dan catatan anekdot.
2.      Mengamati Pengalaman Dasar
Pengalaman dasar dapat diamati dengan melihat respon anak pada bacaan-bacaan yang dibagikan, pada aktivitas permainan bebas, dan aktivitas bahasa tutur
3.      Mengamati Perkembangan Kognitif
Guru dapat mencatat aktivitas anak-anak dalam permainan untuk menentukan kemampuan mereka dalam merepresentasikan objek yang tak hadir dengan objek lain.
4.      Mengamati Perkembangan Bahasa
Dengan masuknya ke sekolah, anak-anak telah mengembangkan kemampuan bahasa baik kemampuan reseptif maupun kemampuan produktif. Akan tetapi, guru seharusnya memberikan perhatian untuk mengamati kelemahan dan kekuatan semua kemampuan
5.      Mengamati Arah dan Orientasi
Orientasi bisa diamati ketika seorang anak mengenali urutan huruf, susunan kata, penggunaan papan tulis dan kemampuan berpindah.
6.      Meneliti Minat dan Sikap
Minat seorang anak dalam membaca dapat diperkirakan dengan mengajukan pertanyaan mengenai identifikasi kata, meneliti minat anak untuk membaca majalah dan buku.
7.      Diskriminasi Auditori
Penilaian dapat dilakukan melalui permainan diskriminasi auditori yang bisa membuat anak-anak merespon dengan sinyal yang sudah ditentukan.
8.      Diskriminasi Visual
Diskriminasi visual dapat diamati dengan menyuruh anak-anak melakukan kegiatan : mengidentifikasi huruf yang sama, menemukan kata, dan menandai huruf.
9.      Catatan Anekdot
Catatan anekdot dapat menunjukkan kekuatan dan kelemahan suatu bidang. Teknik ini bisa digunakan untuk observasi yang didaftar sebelumnya. Catatan tersebut dapat berupa buku harian (diary) karena tingkah laku seharusnya diteliti selama satu periode.
10.  Menggunakan Cheklist
Observasi dapat dilengkapi daftar cek yang digunakan untuk pengajaran membaca tetapi bisa juga dilengkapi untuk kemampuan yang lain.

D.    Faktor Kesiapan Membaca
Faktor yang ikut serta terhadap kesiapan murid untuk membaca dan belajar yaitu:
1.      Kesiapan mental (mental readiness for reading)
Kesehatan mental besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan membaca dan belajar. apabila mentalnya kurang sehat, akan timbul beberapa gejala, misalnya sering lupa, kemampuan berpikirnya menurun, sulit mengkonsentrasikan pikirannya terhadap apa yang sedang dibaca atau dipelajari, akibatnya tidak bisa membaca secara efektif dan efisien.
2.      Kesiapan fisik (physical readiness for reading)
Secara spesifik ada beberap faktor yang mempengaruhi keberhasilan membaca yang dalam hal ini berhubungan dengan kesiapan fisik. di antara beberapa faktor tersebut adalah berhubungan dengan kapasitas atau kemampuan penglihatan dan pendengaran. selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca walaupun tidak terlalu penting adalah kemampuan bicara, kesehatan, termasuk di dalamnya stamina fisik yang kurang baik, makanan yang kurang, sering sakit, dan sebagainya.
3.      Kesiapan emosi (emotional readiness for reading)
Gangguan emosi dapat juga mempengaruhi keberhasilan membaca dan belajar. seorang anak yang memiliki sifat pemalu, terlalu penakut menunjukkan gejala kesulitan emosi. begitu pula seorang anak yang terlalu menggantungkan diri kepada orang tuanya, atau selalu ketakutan, merasa cemas, merasa kurang aman. semua ini menunjukkan bahwa anak tersebut kurang siap untuk membaca dan belajr, dan akan mempengaruhi keberhasilan membaca dan belajarnya.
Kematangan emosi seseorang tidak bisa terlepas dari keadaan lingkungannya. Misalnya sikap orang yang kadang-kadang dalam usaha pembentukan watak putra-putrinya terlalu menyimpang, terlalu memanjakan atau terlalu keras, banyak ikut campur tangna urusan putra-putrinya, pemberian tuntutan yang terlalu berat, dll. begitu juga lingkungan dimana seseorang bergaul atau bermain sehari-hari.
4.      Kesiapan pengalaman (experiential readiness for reading)
Kesiapan pengalaman disini berarti pernah-tidaknya membaca, sering tidaknya membaca, luas tidaknya pengetahuan yang dimilikinya. murid-murid yang memahami banyak mengerti kata-kata akan lebih cepat daripada murid-murid yang kurang mengerti kata-kata. begitu pula murid-murid yang memiliki latar belakang pengetahuan yang luas akan lebih cepat memahami bacaan daripada murid-murid yang kurang memiliki latar belakang pengetahuan.

E.     Kemampuan Kesiapan Membaca
Sebelum mengajarkan membaca kepada anak, kemampuan kesiapan membaca harus dikuasai terlebih dahulu oleh anak. Kesiapan anak ini harus dikuasi oleh anak agar anak berhasil membaca maunpun menulis. Hal ini bertujuan agar diketahui kemampuan kesiapan yang harus diajarkan atau dikuatkan kepada anak (Dhieni, 2009:13).
Kemampuan kesiapan membaca itu antara lain:
1.      Kemampuan membedakan auditorial
Anak-anak harus belajar memahami suara-suara umum di lingkungan mereka dan membedakan suara-suara tersebut. Mereka harus mampu memahami konsep volume, lompatan, petunjuk, durasi, rangkaian, tekanan, tempo, pengulangan, kontras suara, dan membedakan suara-suara huruf dalam alfabet.
2.      Kemampuan diskriminasi visual
Anak-anak harus belajar untuk memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar-gambar pada foto, lukisan, dan pantonim.  Mereka harus belajar mengidentifikasi warna-warna dasar dan bentuk-bentuk geometris dan mampu menggabungkan objek-objek berdasarkan warna, bentuk, atau ukuran. Mereka harus mampu membedakan kiri dan kanan warna, bentuk maupun atas bawah, dan mengikuti gerakan dari kiri ke kanan maupun dari atas ke bawah. Mereka harus mampu mengatakan bentuk dari gambar latar belakang, mengemukakan detail pada gambar, dan mengetahui pola-pola visual sederhana. Hingga pada akhirnya, mereka harus mampu untuk memahami dan menamai huruf besar dan huruf kecil
3.      Kemampuan membuat hubungan suara dengan simbol
Anak harus mampu mengaitkan huruf besar dan huruf kecil dengan nama mereka dan dengan suara yang mereka representasikan. Anakharus tahu bahwa d disebut de dan menetapkan suara pada awal kata daging. Sebagian besar anak-anak akan membuat kemajuan awal yang bagus pada kemampuan ini. Dan sedikit diantaranya akan menguasai semua kemampuan suara dengan simbol hingga masa selanjutnya.
4.      Kemampuan Perseptual Motoris
Anak-anak harus mampu menggunakan otot halus tangan dan jari mereka untuk melakukan koordinasi gerakan dengan apa yang mereka lihat. Mereka harus melatih kemampuan ini, sehingga mereka mampu menyusun puzzle sederhana, gambar lukisan tangan, membentuk tanah liat, merangkai manik-manik, menuangkan benda cair, dan atau menggunakan gunting. Mereka juga harus mampu memegang krayon atau pensil untuk mewarnai gambar-gambar sederhana dalam garis, menjiplak garis dan bentuk di udara dan kertas, menyalin garis dan bentuk tanpa menjiplak. Hingga pada akhirnya, mereka harus mampu menyalin huruf dan kata, menulis nama mereka, menulis huruf yang memadukan suara.
5.      Kemampuan bahasa lisan
Anak-anak yang memasuki usia pendidikan dini dengan kemampuan subtansial untuk berbicara dan mendengarkan. Meskipun demikian, kemampuan ini harus tetap terus dikembangkan dan diperbaiki. Ank-anak harus belajar mendengarkan, mengingat, mengikuti petunjuk, mencatat detail, dan memahami ide utama. Mereka harus menggunakan dan memperluas kosakata bahasa lisan mereka untuk menjelaskan ide-ide, untuk mendiskripsikan objek dan peristiwa, untuk mengekspresikan perasaan mereka sendiri, atau orang imajiner mereka. Hendaknya mereka menjadi senang dengan berbagai pengalaman bahasa dan senang dalam belajar serta menggunakan kata-kata baru.
6.      Membangun sebuah latar belakang pengalaman
Membangun latar belakang pengalaman bagi anak dapat dilakukan dengan bermacam-macam kegiatan, seperti: menceritakan kisah-kisah menarik di kelas, atau menonton film bersama-sama.

F.     Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Anak
Kemampuan membaca seperti juga kemampuan menulis merupakan kegiatan yang kompleks, artinya banyak segi dan banyak faktor yang memepengaruhinya. Anderson (1990:34) mengemukakann faktor motivasi, lingkungan, keluarga dan guru sebagai faktor yang sangat berpengaruh
Kemampuan membaca ini merupakan kegiatan yang kompleks, artinya banyak faktor yang mempengaruhinya. Tampubolon (­­­­­­­­­­Dhieni, 2009:19) membagi faktor itu menjadi dua, yaitu faktor endogen dan eksogen.
Faktor endogen adalah faktor yang berkembang baik secara biologis, maupun psikologis, dan linguistik yang timbul dari diri anak. Sedang, faktor eksogen adalah faktor lingkungan. Kedua faktor ini saling terkait dan mempengaruhi secara bersamaan.
Dhieni (2009: 19) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, antara lain
1.      Motivasi
Motivasi merupakan pendorong anak untuk semangat membaca. Motivasi merupakan sebuah ketertarikan untuk membaca. Hal ini penting karena adanya motivasi akan menghasilkan anak yang memiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Motivasi sendiri terbagi menjasdi dua berdasarkan sumbernya. Yang pertama adalah motivasi intrinsik, yaitu faktor yang bersumber pada diri pembaca itu sendiri. Yang kedua adalah faktor ekstrinsik, yang bersumbernya terletak di luar pembaca itu.
Cara agar anak termotivasi dan tertarik adalah dengan menyediakan bahan bacaan yang berkualitas tinggi yang memiliki hubungan dengan kehidupan mereka. Selain itu, dapat juga dengan memberi penjelasan kepada anak tentang pengetahuan yang sudah mereka ketahui atau yang belum diketahui, sehingga anak mudah menghubungkan dengan informasi baru. Dalam hal ini, guru sebagai katalisator motivasi dan ketertarikan serta model bagi anak.
2.      Lingkungan keluarga
Seperti yang telah diketahui bahwa anak sangat membutuhkan keteladanan dalam membaca. Keteladanan itu harus sesering mungkin ditunjukkan kepada anak oleh orang tua. Seperti diketahui bahwa anak-anak memiliki potensi untuk meniru secara naluriah. Menurut Leichter (Dhieni, 2009:20) perkembangan kemampuan membaca dan menulis dipengarahui oleh keluarga dalam hal:
a)      Interaksi interpersonal. Interaksi ini terdiri atas pengalaman-pengalaman baca tulis bersama orang tua, saudara, dan anggota keluarga lain di rumah.
b)      Lingkungan fisik. Lingkungan fisik mencakup bahan-bahan bacaan di rumah.
c)      Suasana yang penuh perasaan (emosional) dan memberikan dorongan (motivasional) yang cukup anta individu di rumah, terutama yang tercermin dalam sikap membaca.
3.      Bahan bacaan.
Minat baca serta kemampuan membaca seseorang dipengaruhi oleh bahan bacaan. Bahan bacaan yang terlalu sulit bagi seseorang akan mematikan selera untuk membaca. Sehubungan dengan bahan bacaan ini perlu diperhatikan yaitu topik atau isi bacaan dan keterbacaan bahan. Anak harus dikenalkan dengan berbagai macam topik bacaan atu isi bacaan, sehingga dapat menambah wawasan anak namun topik yang di[ih harus menarik bagi anak baik secara segi isi maupun dari segi penyajiannya. Faktor keterbacaan merupakan faktor yang sangat penting dalam pemilihan bahan bacaan. Keterbacaan maupu kesulitan bacaan itu berbeda dengan tingkatan-tingkatan kemampuan anak.

G.    Tanda-tanda Kesiapan Membaca
Kesiapan anak untuk mengikuti kegiatan membaca atau belajar membaca dapat diketahui dari tanda-tanda kesiapan yang ditunjukkan oleh anak.
Dhieni, dkk (2009:17) mengklasifikasikan tanda-tanda kesiapan itu antara lain:
1.      Apakah anak-anak sudah dapat memahami bahasa lisan?
Kemampuan ini dapat diamati pada waktu bercakap-cakap dengan anak, atau apabila disuruh untuk melakukan sesuatu, atau diberi pertanyaan tentang sesuatu. Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman dasar, yaitu kalimat-kalimat sederhana dalam konteks komunikasi, dan sesuai dengan perkembangan bahasa anak.
2.      Apakah anak-anak sudah dapat mengajarkan kata-kata dengan jelas?
Hal ini pun dapat dilakukan ketika bercakap-cakap dengan anak, atau ketika anak mengatakan atau menanyakan sesuatu. Dapat juga dengan menanyakan nama beberapa objek.
3.      Apakah anak-anak sudah mengingat kata?
Kegiatan ini dapat pula diketahui dengan menanyakan pada anak tentang objek-objek tertentu sambil menunjuk objek aslinya. Dan mengulang pertanyaan yang sama keesokan harinya. Jika anak menjawab dengan benar, maka anak tersebut dapat mengingat dengan baik.
4.      Apakah anak-anak sudah mampu mengujarkan bunyi?
Kemampuan ini dapat dikatakan sudah tercakup dalam pertanyaan-pertanyaan di atas. Namun, baik juga diperhatikan secara khusus. Hal ini bisa dilakukan dengan meminta anak untuk menirukan bunyi huruf-huruf yang diujarkan oleh guru.
5.      Apakah anak sudah menunjukkan minat membaca?
Hal ini dapat diketahui dari kegiatan anak memegang buku,membuka-buka buku bacaan lain dan meniru-niru membaca, serta mencoret-coret kertas. Ini berkaitan erat dengan usaha-usaha yang telah dibicarakan terdahulu.
6.      Apakah anak sudah dapat membedakan suara (bunyi) dengan objek secara baik?
Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan pendengaran dan penglihatan. Perilaku ini dapat dilihat dari perilaku anak menanggapi kata-kata suruhan yang berbeda-beda, membedakan berbagaisuara dan bunyi di sekitarnya. Sedang kemampuan membedakan objek-objek dapat diuji melalui berbagai alat permainannya. Dalam kemampuan membedakan hurufhueuf dapat diuji dengan menunjukkan dua huruf yang berbeda dan menanyakan persamaan atau perbedaan huruf itu. Selain kemampuan di atas, kemampuan yang dimaksud juga termasuk kemampuan membedakan arah gerakan, misalnya tangan bergerak dari kiri ke kenan, atau dari atas ke bawah

H.    Pengembangan Proses Membaca
Sabarti mengemukakan bahwa agar pengembangan membaca dapat dilakukan secara konseptual, perlu diperhatikan beberapa butir teori yang berkaitan dengan perolehan kemampuan membaca. Adapun teori – teori tersebur dikemukakan oleh Marrow (1993) sebagai berikut:
1.          Membaca dipelajari melalui interaksi dan kolaborasi sosial artinya dalam proses pembelajaran membaca dan menulis situasi kelompok kecil memegang peranan penting
2.          Anak belajar membaca sebagai hasil pengalaman kehidupan.
3.          Anak mempelajari keterampilan membaca bila mereka melihat tujuan dan kebutuhan proses membaca.
4.          Membaca dipelajari melelui pembelajaran keterampilan langsung.
Dalam hal ini yang sangat penting disadari oleh guru ialah kebutuhan individual anak – anak yang diakomodasikan dalam strategi pembelajaran yang tepat

Holdoway (1986) menyatakan ada 4 proses yang memungkinkan anak mempelajari kemampuan membaca:
1.        Pengamatan Terhadap Perilaku Membaca, Yaitu Dengan Dibacakan Atau Melihat Orang dewasa membaca.
2.        Kolaborasi yaitu menjalin kerjasama dengan individu yang memberikan dorongan motivasi dan bantuan bila diperlukan.
3.        Proses yaitu anak mencobakan sendiri apa yang sudah dipelajarinya.
4.        Unjuk kerja, yaitu dengan berbagi apa yang sudah dipelajari dan mencari pengakuan dari orang dewasa.

II.                KESIAPAN MENULIS
Kesiapan menulis harus dilakukan sebelum dilaksanakannya proses menulis. Dalam proses ini yang dilakukan adalah pra-penulisan dan tahap penulisan. Pada tahap pra-penulisan guru dapat membangkitkan skemata siswa dengan memberikan stimulus sebelum menulis. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan melalui media baik berupa gambar ataupun lagu.
A.    Pengertian Menulis
Menulis merupakan bagian dari alat komunikasi. Melalui tulisan kita dapat menyampaikan pesan, pemikiran atau gagasan-gagasan yang ingin kita sampaikan kepada orang lain sehingga orang lain mengerti apa yang kita maksud atau inginkan. Di dalam aktivitas menulis terjadi suatu proses yang rumit karena di dalamnya melibatkan berbagai modalitas, mencakup gerakan tangan, lengan, jari, mata, koordinasi, pengalaman belajar, dan kognisi, semua modalitas itu bekerja secara terintegrasi.
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang lisan yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca langsung lambang-lambang tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambarannya.

B.     Tujuan Menulis
Hugo Hartig dalam tarigan (1986: 24-25) merumuskan tujuan menulis:
a)      Tujuan penugasan, sebenarnya tidak memilki tujuan karena orang yang menulis melakukan nya karena tugas yang diberikan kepadanya.
b)      Tujuan altruistik, penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedudukan pembaca, ingin menolong pembaca memahami,menghargai perasaan dan penalaranya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
c)      Tujuan persuasif bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
d)     Tujuan informasional penulis bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca.
e)      Tujuan pernyataan diri penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada pembaca.
f)       Tujuan kreatif penulis bertujuan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik,nilai-nilai kesenian.
g)      Tujuan pemecahan masalah penulis bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi

C.    Kesiapan Menulis
Persiapan menulis identik dengan istilah “prewriting skills”. Prewriting skills adalah segala bentuk kegiatan yang terlibat dalam belajar menulis. Kegiatan yang dapat mendukung kegiatan belajar menulis anak dapat dikatakan sebagai persiapan menulis. Di dalam persiapan menulis termasuk di dalamnya berbagai keterampilan sensorimotor  yang   berkontribusi terhadap kemampuan anak dalam memegang dan menggunakan pensil untuk berbagai aktifitas menulis, diantaranya: menggambar, menyalin, dan mewarnai.

D.    Langkah-Langkah Menulis
Teori menulis yang berkembang saat ini adalah menulis model proses. Dengan model ini menulis dilakukan dengan tahap-tahap:
1.      Pra menulis (prewriting): siswa memilih topik,siswa mengumpulkan dan menyesuaikan ide-ide,siswa mengidentifikasi pembacanya,siswa mengidentifikasi tujuan menulis siswa memilih bentuk yang sesuai berdasarkan pembaca dan tujuan menulis,dengan aktifitas pengarang persiapan menulis cerita,menggambar,membaca,memikirkan tulisan, menyusun gagasan dan mengembangkan rencana.
2.      Pengedrafan (drafting): siswa menulis draf kasar, siswa siswa menulis pokok-pokok yang menarik pembaca,siswa lebih menekankan isi dari pada mekanik,dengan aktifitas pengarang merangkaikan gagasan dalam sebuah tulisan tanpa memperhatikan kerapian atau mekanik.
3.      Merevisi (revising): siswa membagi tulisanya kepada kelompok,siswa mendiskusikan tulisanya kepada temannya,siswa membuat perbaikan sesuai komentar teman dan gurunya,siswa membuat perubahan subtantif dan bukan sekedar perubahan minor antara draf pertama dan kedua. Setelah mendapat saran-saran dari orang lain pengarang dapat membuat beberapa perubahan dan perubahan itu dapat melibatkan orang lain
4.      Mengedit (editing): siswa mebaca ulang tulisanya,siswa membantu baca ulang tulisan temannnya, siswa mengidentifikasi kesalahan mekanisme dan membetulkannya. 
5.      Mempublikasikan (publishing):siswamempublikasikantulisnanya dalam bentuk yang sesuai,siswa membagi tulisanya yang sudah selesai kepada teman sekelasnya.

E.     Hakekat persiapan menulis
Secara umum setiap individu memiliki tiga kategori aktivitas yang biasa dikerjakannya dalam kehidupan sehari-hari  yaitu: aktivitas bantu diri (self care), aktivitas bermain (leisure), dan aktivitas kerja (produktivitas). Bentuk aktivitas kerja anak di sekolah meliputi kegiatan akademik seperti membaca, menulis, menghitung, serta pemecahan masalah (Amundson & Well dalam Santoso 2005: 1).
Penguasaan keterampilan menulis pada usia dini akan memberi kesempatan pada anak untuk meningkatkan kemampuan menulis pada level yang lebih tinggi seperti mengarang tanpa harus memberikan pembelajaran mekanika dan teknik menulis (Martlew dalam Santoso, 2005: 1).
Kesiapan (readiness) merupakan istilah yang menjelaskan keterampilan dasar yang harus dicapai sebelum anak belajar keterampilan yangbaru (Slavin, Karweit, & Wasik dalam Santoso, 2005 : 2). Sovik dalam Santoso (2005:2) menyatakan bahwa kesiapan menulis (writing readiness) adalah kemampuan anak untuk mencapai keterampilan menulis dengan adekwat yang telah diberikan oleh seorang pengajar pada level yang sesuai dengan perkembangan anak.

F.     Langkah- langkah pembelajaran menulis permulaan
Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi ke dalam dua kelompok, yakni:
a.       Pengenalan huruf
Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Penekanan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta  pelafalannya dengan benar. Funfsi pengenalan ini di maksudkan untuk melatih indera siswa dalam mengenal dan membedakan bentuk dan lambang-lambang tulisan.
b.      Latihan
Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan seperti: latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar, latihan gerakan tangan, latihan menatap bentuk tulisan, latihan menulis halus indah, latihan dikte, latihan melengkapi tulisan.


 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar